Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2007

Linux dan Perintah Teks

Dulu, sebelum saya memakai Linux, dan hanya tahu sedikit-sedikit tentang Linux di majalah, saya mendapati sebuah mitos yang menakutkan, dan saya pun tidak percaya akan mitos tersebut. Mitos tersebut menyebutkan bahwa untuk mengoprek OS Linux, masih menggunakan perintah teks (command line) layaknya OS DOS. Saya pun tidak percaya. Bagaimana mungkin sebuah OS dengan GUI yang begitu menarik (waktu itu saya cuman lihat screenshoot di majalah-majalah komputer ), harus menggunakan perintah teks untuk menjalankan fungsi-fungsi utamanya? Ketidakpercayaan saya semakin menguat ketika pertama kali menggunakan LiveCD, kesan saya adalah : tidak ada OS yang mampu dijalankan langsung dari CD seperti ini! Tidak mungkin untuk oprekisasi-nya menggunakan perintah teks. Selain sistem LiveCD yang luar biasa, untuk intalasi-pun kita hanya tinggal klik icon "install" yang ada di desktop LiveCD, dan Linux pun dengan mudahnya terinstal di PC kita. Kepanikan pertama muncul (dan juga munculnya keraguan

Upgrade Hardware atau Beli Lisensi?

Saat pertama saya menginstal Linux, saya merasa kecewa sekaligus bingung. Kenapa Linux ogah jalan di komputer saya seperti sistem operasi sebelumnya. Setelah berbingung-bingung ria, baru saya tahu, ternyata Linux memang menuntut hardware yang lebih. Untuk bisa menikmati Linux dengan tampilan grafis yang memukau dengan KDE (atau Gnome), kita sebaiknya (seharusnya) menyediakan hardware yang lebih, dalam artian lebih daripada saat kita menggunakan OS windows. Hardware yang paling utama tentu saja prosesor dan RAM. Prosesor cepat, RAM sedikit, jadilah prosesor sesak napas. Begitu juga sebaliknya, walau memang RAM lebih dominan dalam menentukan kinerja PC, dengan asumsi spesifikasi prosesor yang tidak berbeda sangat jauh. Kembali ke kisah saya, waktu itu saya bermodal PC PIII 500 Mhz, dengan memory 128 MB, bisa dibayangkan bagaimana XWindow semacam KDE bisa bekerja di PC saya? Karena dana yang limited , saya pun nerimo untuk menikmati distro-distro mini semacam DSL, Puppy dan MoviX, yang

Komunitas Linux dan Fanatisme

Setelah beberapa waktu ini saya begitu concern dan interest dengan Linux, ada sebuah perasaan yang senang, yang terbersit di hati ini. Sebenarnya lebih kepada perasaan sentimentil yang cukup berlebihan, mengingat apa yang saya sedang saya saat ini akrabi adalah menyangkut bidang TI. Ternyata sentimentalisme tidak hanya ada di dunia sastra, perfileman, sandiwara, ataupun filsafat. Dalam bidang TI-pun ada sentimentalisme. Perasaan yang muncul dalam diri saya sebenarnya lebih karena terpengaruh oleh komunitas, yang begitu banyak, dengan bentuk dan kecenderungannya masing-masing. Namun, dari semua itu, ada kecenderungan terbesar yang saya dapat : isu mengenai Linux dan (melawan) sistem operasi propietary (microsoft). Ketika saya googling gambar, dan saya masukan keyword "Tux", saya sungguh terperangah, gambar hasil kreasi pengguna Linux di seluruh dunia muncul, dan banyak dari gambar tersebut cukup 'vulgar', walau tentu saja digambarkan dengan gaya humoris. Ada Tux me

Linux : Rockin Jeahh!!

Linux dan Musik Rock? Apa hubungannya? Beberapa tahun yang lalu, ketika saya masih SMP, musik Rock begitu membuat saya tergila-gila dan bahkan waktu itu (dengan jiwa ABG saya), saya menganggap musik Rock sebagai semacam ideologi yang luar biasa, yang tak kalah hebat dengan ideologi demokrasi liberal, sosialis, ataupun ideoleogi lain di dunia ini. Lirik-lirik dalam musik Rock benar-benar membuat saya menemukan seperti apa diri saya yang sebenarnya : tidak banyak tingkah, berkepribadian kuat, dan tak ada kosakata menyerah dalam kamus kehidupan ini. Katakanlah lagu seperti One, And Justice For All, Wherever I May Roam, dan The Unforgiven -nya Metallica ; Another Day , Surrounded dan Mirror -nya Dream Theater , kemudian Wild World , dan To Be With You-nya Mr.Big , benar-benar membuat saya tergila-gila dan terkagum-kagum, ternyata ada sebuah musik yang benar-benar membawa sebuah folosofi yang sangat mendalam : hidup adalah berbagi dengan orang lain, menjadi diri sendiri, percaya kepada Tu

Linux dan HaKi

Selama ini, kita mungkin begitu "dienakan" dengan "kenyamanan-kenyamanan" yang disediakan oleh banyaknya software-software propietary "gratisan". Selama ini juga kita dengan bebas dan leluasa menggunakan dan memanfaatkan software propietary "gratis" tersebut, untuk semua kegiatan kita. Semua itu telah membuat kita merasa sangat bergantung pada software propietary yang kita dapatkan dengan gratis itu. Kita sangat terbiasa dengan sosftware-software itu, dan seolah-olah tidak akan mampu bekerja (dengan baik) tanpa software-software propietary tercinta. Namun, jaman telah berubah, tren pun berubah. Mungkin, pada skala kecil ( alias home user ), penggunaan software propietary " free " tidak akan menimbulkan masalah, paling tidak untuk jangka waktu saat ini, di Indoenesia. Pada skala yang lebih besar pun ( instansi swasta maupun pemerintah ), kalau mau nekat dan "tidak perduli", untuk jangka waktu pendek, penggunaan 'free prop

Linux Sistem Operasi Paling Universal?

Selama ini, mungkin kita hanya akrab dengan sistem operasi bernama windows, kemudian Linux dan mungkin Mac OS. Namun ternyata, ada begitu banyak sistem operasi yang berhasil di ciptakan oleh para programer komputer. Ada Solaris, OS/2, Universal, BSD, BeOS, UNIX, DOS. Lalu apa hubungannya dengan Linux? Setiap sistem operasi tersebut, memiliki filesystem sendiri-sendiri. Taruhlah FAT 32 dan NTFS untuk windows; ext2, ext3 dan reiserfs; serta HFS untuk Mac OS. Dengan filesytem berbeda-beda, tentulah jika OS-OS tersebut diinstalasi dalam satu PC, tidak akan saling kompatibel. Logikanya seperti itu, namun ternyata tidak bagi Linux. Dengan pengembang berasal dari programer di seluruh dunia, Linux terus mengalami kemajuan, termasuk dalam hal kompatibilitas terhadap filesystem-filesystem non-linux. Jadi, jika anda ingin menginstalasi lebih dari satu sistem operasi di komputer anda, mau tidak mau anda pun harus menginstalasi Linux, karena Linux disini akan bertugas sebagai "manajer" ba

Linux Bukan Sekedar Soal Kebiasaan

Ada beberapa pengguna Linux yang sudah mahir, menunjukan sikap yang kurang terpuji dan bahkan terkesan sombong. Bagi mereka, seolah-olah mereka telah menjadi pengguna komputer paling pintar di dunia, padahal, mereka hanyalah pengguna komputer biasa seperti pengguna komputer lain. Memang, Linux bukan sekedar kebiasaan. Artinya, kita tidak bisa dengan enteng mengatakan bahwa banyaknya kesulitan yang dihadapi pengguna baru Linux, bukan semata faktor ketidakbiasaan mereka dalam Linux, tetapi memang disebabkan perlunya "manualisasi" dalam Linux, dimana hal tersebut sama sekali tidak perlu dilakukan di windows. Kembali ke tema awal, pengguna mahir Linux itu dengan enteng meremehkan pengguna-pengguna baru Linux, dan menganggap pengguna-pengguna baru sebagai "orang bodoh", sungguh hal yang sangat tidak pantas sekali ditunjukan oleh pengguna sistem operasi komunitas ini. Sepantasnya, dan seharusnya, pengguna-pengguna profesional dapat memberikan semangat bagi para pengguna b

Kenapa Linux ( Seolah-Olah ) Dibuat Sulit?

Ketika kita pertama menginstal Linux di komputer kita, kita mungkin akan merasa (sedikit) dongkol, kenapa? ya, ternyata Linux secara default tidak bisa memutar mp3. Loh? Kok bisa? Linux, yang lahir dan kemudian dikembangkan dengan prinsip open source, mencoba untuk menerapkan prinsip tersebut dalam segala hal, artinya, apapun yang terkandung di dalam Linux, diharapkan bermuatan dan mempunyai sifat open source dan free , dimana kemungkinan untuk tersandung masalah HaKi tidak terjadi di kemudian hari. Lalu apa hubungannya? Mungkin kita tidak sadar, bahwa format semacam mp3 adalah format yang dibuat untuk pendistribusian musik secara resmi, dan otomatis, mp3 yang bertebaran diseluruh dunia, pada hakikatnya adalah legal, dalam artian, dijual oleh pihak yang memiliki izin untuk melakukannya (seperti apple dengan penjualan mp3 online iTunes). Walaupun demikian, era digital selain memudahkan dalam segala hal, tidak bisa dipungkiri telah mempermudah kegiatan penyalahgunaan hak cipta, sehingg

Apa Yang Paling Menyulitkan Di Linux?

Sebagai sebuah sistem operasi yang baru ngetop, tentu saja di kalangan pengguna pemulanya sering mengalami trouble. Trouble tersebut memang tidak serta-merta karena ketidakbiasaan, tetapi karena memang kita harus sangat cermat di dalam mengamati dan mengikuti setiap instruksi yang ada dalam Linux. Di satu sisi, sistem Live Linux dengan installe GUI-nya, merupakan sebuah keajaiban bagi pengguna komputer pemula ( kalau kita bandingkan dengan installer windows yang hanya layar biru-biru dan tulisan antah berantah yang pasti membingungkan bagi pengguna awam ). Dalam installer Linux tersebut, tinggal klik next dan next , lalu abrakadabra , jadilah Linux ngendon di komputer kita. Masalahnya adalah, hampir sebagian besar pengguna komputer kita, masih teramat sayang untuk menceraikan windows dari komputer mereka, dan penginnya , memadukannya dengan Linux agar enak dipakai sesuai kebutuhan. Nah, disinilah masalah paling fundamental. Sering kali pengguna awam kurang paham pada saat proses in

Di Mana Kita Bisa Mendapatkan Linux?

Sudah tertarik, sudah yakin, sudah penasaran, terus dimana kita bisa dapet Linux? Pertanyaan mendasar, tapi memang gitu. Kalau windows (lagi-lagi saya membandingkannya dengan windows,karena hanya windows-lah, sistem operasi yang dikenal oleh seluruh pengguna komputer di dunia ini), kita kan tinggal beli di dealer Microsoft, atau pesan... Tapi kalau Linux? Cara paling mudah mendapatkan Linux adalah : Kalau kita punya koneksi internet super, tinggal download file iso di website masing-masing distro (misal : mandriva.com; ubuntu.com; dan lainnya). Setelah file iso kita dapatkan, tinggal burn image pakai software burning ( seperti Nero ). Jadilah kita mendapatkan CD Linux. Kalau cara nomer satu mustahil ( karena ga punya sambungan internet ), cara termudah kedua adalah beli majalah komputer yang khusus membahas Linux ( di Indonesia sudah ada majalah bulanan Linux yang sangat bagus dan keren, dan sudah jadi rujukan para pengguna Linux di Indonesia dan juga di luar Indonesia ). Di setiap