Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2007

Window Manager : KDE, GNOME, XFCE, ICEWM, ATAU YANG LAIN?

Linux tidak bisa terlepas dari window manager, dan sejauh pemahaman saya yang masih sangat terbatas sekali, window manager adalah aplikasi yang menghadirkan linux dalam mode tampilan grafis (GUI) sehingga lebih mudah dan user friendly. Selama ini, window manager yang sudah masyhur dan digunakan oleh banyak distribusi linux antara lain adalah : KDE, GNOME, ICEWM, FLUXBOX dan lainnya (saya belum begitu paham selain itu). KDE Menurut pendapat, pengalaman dan selera saya, KDE adalah window manager paling user friendly, paling indah dan enak dipandang mata, dan nggak mboseni sedikitpun. Namun sayang sekali, dengan ke-eyecandy-annya tersebut, KDE ternyata cukup rakus dalam hal konsumsi RAM. Pengalaman instal openSuSe 10.2 dengan RAM 384, ternyata yang tersisa ruangnya tinggal sekitar 8 MB, boros banget yach? Untuk distro lain yang menggunakan KDE masih lebih lumayan. Kubuntu 6.10 yang pernah saya coba, ternyata masih menyisakan sekitar 160an MB ruang sisa. Sementara untuk distro lain yang pe

BELAJAR OPREK UBUNTU : BAGIAN KEDUA

Beberapa waktu yang lalu, saya telah memposting tentang sedikit pengalaman oprek ubuntu, mengenai cara menset vga nvidia, dll. Kali ini saya akan mencoba membahas hal-hal sederhana dalam dunia linux, namun pada awal saya menggunakan ubuntu, saya menemui banyak sekali kebingungan. Pertama adalah : make. Di banyak referensi linux, dibahas mengenai cara instalasi program linux dengan metode kompilasi, yang didapat dari installer source code. Proses paling penting setelah mengestrak file tar.gz dan ./configure, adalah proses make, lalu make install. Namun apa yang terjadi ketika saya mencoba mempraktekannya di ubuntu? Saat saya ketik # make, ternyata yang keluar command not found. Waduh, kenapa ini? Saya pun terus berpikir, kenapa keluar command not found? Akhirnya saya hanya mengira-ira namun tidak percaya, karena saya piker perintah make adalah perintah dasar yang harus ada di setiap distribusi linux, tapi ini kok? Usut-punya usut ternyata memang program make belum built-in terinstall di

BELAJAR OPREK UBUNTU

BAGIAN PERTAMA : OPREK PERFORMANCE Walau bagaimanapun juga akhirnya saya menjatuhkan pilihan distro pada ubuntu, distro yang sudah begitu masyhur di dunia linux. Sebagai anak dari distro debian, tentu saja ubuntu mewarisi semua sifat ayahnya, dalam hal oprek-mengoprek. Perhatian saya kali ini adalah mengoprek performance, yaitu agar bagimana booting ubuntu lebih cepat. Dari sebuah blog pengguna linux senior, saya mendapat sebuah trik, yaitu agar boot lebih cepat. Intinya adalah mematikan semua service yang tidak diperlukan. Pertama adalah modul ipv6. Caranya, disable ipv6 dengan mengedit file /etc/modprobe.d/aliases, ganti baris aliases berikut menjadi : alias net-pf 10 ipv6 Menjadi alias net-pf10 off alias ipv6 off kemudian edit blacklist di /etc/modprobe.d/blacklist tambahkan baris berikut : blacklist ipv6 Selain itu, matikan semua service yang tidak diperlukan, dalam hal ini saya sebagai 100% pengguna desktop, maka service yang tidak saya perlukan adalah networking. Letak service te

MENCICIPI FEDORA CORE LINUX

Karena penasaran, beberapa waktu yang lalu saya pun menginstal distro Fedora versi Indonesia, buatan Menristek, yaitu IGOS Nusantara 2006 R6. Proses instalasi mudah, simple dan juga tidak terlalu lama. Desktop Gnome sebagai default juga tidak terlalu bermasalah. Pembahasan saya tentu saja pada konfigurasi yum (yaitu installer otomatisnya Fedora). Yum, merupakan installer otomatis yang sama dengan apt-nya debian. Langkah pertama, tentu saja memasukan alamat repository yang kita punyai. Dan karena saya tidak punya koneksi internet, saya pun hanya akan menggunakan repository local (yang saya dapat dari bonus majalah). Pertama, kita harus mengkonfigurasi file /etc/yum.conf. File tersebut sama persis dengan file resources.list-nya apt debian. Saya sudah agak lupa isi dari file tersebut, tapi intinya adalah jika ada baris bertuliskan gpgcheck=1 gantilah menjadi gpgcheck=0, lalu beri baris baru dibawahnya, untuk menaruh repository kita. Formatny adalah sebagai berikut : [nama repository] misa

WARNET : WINDOWS ATAU LINUX?

Beberapa waktu yang lalu, ditempat kita, sedang gencar-gencarnya sweeping keaslian OS Windows yang dilakukan oleh Microsoft. Dan yang paling kelabakan tentu saja para pengelola rental ketik, service dan juga warnet. Saya ingat, waktu itu dalam sekejap rental-rental ketik menjadi rental kubuntu, dan sepi pengunjung. Mengapa? Karena waktu itu, sungguh ajaib tiba-tiba rental-rental di sekitar kampus saya menjadi rental ber-OS kan kubuntu. Alhamdulillah sih jadinya, tapi memang itu hanya bertahan sebentar. Setelah sweeping hilang, maka kubuntu pun hilang dan kembali lagi rental menggunakan OS windows “free edition”. Namun ada satu yang membuat saya senang, ternyata warnet-warnet menjadi benar-benar kapok dengan sweeping tersbut, dan akhirnya memigrasikan warnetnya ke Linux. Untuk yang ini saya sangat senang sekali, beneran, dan dalam hati saya berterimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Microsoft, yang melakukan sweeping, sehingga memaksa warnet menggunakan linux. Apa sebenarnya kelebihan

MULTIMEDIA ON LINUX : REVISITED

Setelah hampir tiga bulan saya tidak meng-update blog saya, dan bahkan sempat berpikir untuk menghentikan blog saya, akhirnya “semangat” untuk nge-blog seputar oprek linux muncul kembali. Saat ini, saya akan kembali mengulas masalah multimedia, atau bisa saya katakana, saya akan mengupas sampai habis masalah multimedia, sepanjang yang saya ketahui saat ini. Beberapa waktu yang lalu saya sempat mempost, bahwa solusi multimedia dalam linux adalah menginstalasi distro yang khusus dibangun untuk fungsi multimedia, dalam hal ini dulu saya menyarankan untuk menggunakan movix, distro yang hanya berisi Mplayer dengan segala codec multimedianya. Setelah ekperimen (padahal tidak sehebat itu  ), dan juga tanya kesana-kemari, googling dan juga masuk ke mailing list, akhirnya didapati bahwa sebenarnya aplikasi-aplikasi multimedia di Linux itu dapat memutar dengan lancar file-file multimedia, katakanlah seperti mp3, 3gp, mov, bahkan flv. Permasalahan utama adalah pada codec yan harus tersedia untuk