Selama ini, mungkin kita hanya akrab dengan sistem operasi bernama windows, kemudian Linux dan mungkin Mac OS. Namun ternyata, ada begitu banyak sistem operasi yang berhasil di ciptakan oleh para programer komputer. Ada Solaris, OS/2, Universal, BSD, BeOS, UNIX, DOS.
Lalu apa hubungannya dengan Linux?
Setiap sistem operasi tersebut, memiliki filesystem sendiri-sendiri. Taruhlah FAT 32 dan NTFS untuk windows; ext2, ext3 dan reiserfs; serta HFS untuk Mac OS. Dengan filesytem berbeda-beda, tentulah jika OS-OS tersebut diinstalasi dalam satu PC, tidak akan saling kompatibel. Logikanya seperti itu, namun ternyata tidak bagi Linux. Dengan pengembang berasal dari programer di seluruh dunia, Linux terus mengalami kemajuan, termasuk dalam hal kompatibilitas terhadap filesystem-filesystem non-linux. Jadi, jika anda ingin menginstalasi lebih dari satu sistem operasi di komputer anda, mau tidak mau anda pun harus menginstalasi Linux, karena Linux disini akan bertugas sebagai "manajer" bagi PC tersebut. Artinya, anda dapat boot ke masing-masing OS yang terinstal dalam satu PC, dengan "perantara" Linux Boot Loader (Grub atau LiLo).
Bagaimana Impelementasinya?
Kali ini kita akan membahas Mac OS, kenapa? Karena OS yang dulunya bersifat "exlusive" ini kini dapat berjalan pada arsitektur x86 Intel, atau dapat di instal di PC anda di rumah.
Untuk dapat menjalankan tiga OS (misal windows, Mac dan Linux), kita harus bisa memahami karakter ketiganya.
Mana yang lebih kompatibel dan mana yang "istimewa". Karena Linux adalah yang paling kompatibel, maka dia akan diintalasi pada urutan paling akhir. Di sini, sistem yang harus diutamakan adalah Mac OS, lalu windows dan Linux. Jadi, pertama instal Mac, lalu windows dan terakhir Linux. Bagaimana caranya? Pertama, setelah Mac terinstal, melalui Mac, buat partisi baru yang cukup untuk menampung windows dan Linux. Setelah itu, partisi tersebut akan dikenali sebagai "unknown atau unpartitioned" oleh windows, dan tinggal delete-create, jadilah windows terinstal. Terakhir, instal Linux, dan gunakan pilihan "gunakan ruang sisa terbesar pada hardisk" pada saat instalasi Linux, dan jadilah ke3 OS berjalan di PC bersama-sama.
Apa cara di atas bisa berhasil? Sayang sekali, saya sendiri belum pernah mencoba, karena faktor keterbatasan hardware. Dan cara di atas hanya logika dari apa yang saya pahami dalam Linux.
Walaupun begitu, bagi anda yang berjiwa "eksperimental" tinggi, dan memiliki hardware mencukupi, sangat menarik untuk bereksperimen mengenai hal tersebut.
Kesimpulannya? Gunakan Linux! (walau cuma jadi OS pendamping)
Salam!!
Lalu apa hubungannya dengan Linux?
Setiap sistem operasi tersebut, memiliki filesystem sendiri-sendiri. Taruhlah FAT 32 dan NTFS untuk windows; ext2, ext3 dan reiserfs; serta HFS untuk Mac OS. Dengan filesytem berbeda-beda, tentulah jika OS-OS tersebut diinstalasi dalam satu PC, tidak akan saling kompatibel. Logikanya seperti itu, namun ternyata tidak bagi Linux. Dengan pengembang berasal dari programer di seluruh dunia, Linux terus mengalami kemajuan, termasuk dalam hal kompatibilitas terhadap filesystem-filesystem non-linux. Jadi, jika anda ingin menginstalasi lebih dari satu sistem operasi di komputer anda, mau tidak mau anda pun harus menginstalasi Linux, karena Linux disini akan bertugas sebagai "manajer" bagi PC tersebut. Artinya, anda dapat boot ke masing-masing OS yang terinstal dalam satu PC, dengan "perantara" Linux Boot Loader (Grub atau LiLo).
Bagaimana Impelementasinya?
Kali ini kita akan membahas Mac OS, kenapa? Karena OS yang dulunya bersifat "exlusive" ini kini dapat berjalan pada arsitektur x86 Intel, atau dapat di instal di PC anda di rumah.
Untuk dapat menjalankan tiga OS (misal windows, Mac dan Linux), kita harus bisa memahami karakter ketiganya.
Mana yang lebih kompatibel dan mana yang "istimewa". Karena Linux adalah yang paling kompatibel, maka dia akan diintalasi pada urutan paling akhir. Di sini, sistem yang harus diutamakan adalah Mac OS, lalu windows dan Linux. Jadi, pertama instal Mac, lalu windows dan terakhir Linux. Bagaimana caranya? Pertama, setelah Mac terinstal, melalui Mac, buat partisi baru yang cukup untuk menampung windows dan Linux. Setelah itu, partisi tersebut akan dikenali sebagai "unknown atau unpartitioned" oleh windows, dan tinggal delete-create, jadilah windows terinstal. Terakhir, instal Linux, dan gunakan pilihan "gunakan ruang sisa terbesar pada hardisk" pada saat instalasi Linux, dan jadilah ke3 OS berjalan di PC bersama-sama.
Apa cara di atas bisa berhasil? Sayang sekali, saya sendiri belum pernah mencoba, karena faktor keterbatasan hardware. Dan cara di atas hanya logika dari apa yang saya pahami dalam Linux.
Walaupun begitu, bagi anda yang berjiwa "eksperimental" tinggi, dan memiliki hardware mencukupi, sangat menarik untuk bereksperimen mengenai hal tersebut.
Kesimpulannya? Gunakan Linux! (walau cuma jadi OS pendamping)
Salam!!
Comments