Setelah beberapa waktu ini saya begitu concern dan interest dengan Linux, ada sebuah perasaan yang senang, yang terbersit di hati ini. Sebenarnya lebih kepada perasaan sentimentil yang cukup berlebihan, mengingat apa yang saya sedang saya saat ini akrabi adalah menyangkut bidang TI. Ternyata sentimentalisme tidak hanya ada di dunia sastra, perfileman, sandiwara, ataupun filsafat. Dalam bidang TI-pun ada sentimentalisme. Perasaan yang muncul dalam diri saya sebenarnya lebih karena terpengaruh oleh komunitas, yang begitu banyak, dengan bentuk dan kecenderungannya masing-masing. Namun, dari semua itu, ada kecenderungan terbesar yang saya dapat : isu mengenai Linux dan (melawan) sistem operasi propietary (microsoft). Ketika saya googling gambar, dan saya masukan keyword "Tux", saya sungguh terperangah, gambar hasil kreasi pengguna Linux di seluruh dunia muncul, dan banyak dari gambar tersebut cukup 'vulgar', walau tentu saja digambarkan dengan gaya humoris. Ada Tux membawa bazooka menembak logo windows xp di padang bliss, ada Tux menyedot susu kotak bermerek windows xp, dan bahkan ada gambar Tux yang menginjak sang Bill Gates dengan wajah yang marah. Wow, ternyata Linux menumbuhkan sebuah fanatisme dalam dunia TI : Ideologi Open Source dan perang melawan sistem propietary.
Fanatisme ini, seberapa pastinya, sungguh merupakan hal yang tak pernah terbersit di dalam benak Linus Torvalds, waktu pertama menulis kernel Linux. Dalam suatu kesempatan bahkan dengan cukup terkejut Linus mengungkapkan bahwa : kehadiran Linux sama sekali bukan untuk menghancurkan (microsoft) windows, semua isu yang tentang fanatisme yang ada, adalah efek samping dari semua ini. Ya, saya setuju dengan prinsip sang bapak Linux, namun saya juga bisa ikut merasakan semangat dan emosi para komunitas Linux di seluruh dunia, dari poster dan gambar-gambar yang mereka buat. Memang, suka atau tidak, sebuah gerakan sosial, yang bertujuan membantu kesejahteraan manusia, akan berujung pada heroisme, dan akan menemukan oposisinya sendiri, sesuatu yang berlawanan. Tapi, walau bagaimana pun, saya sangat senang dengan inovasi-inovasi para pengguna, programmer, dan penggerak Linux di seluruh dunia, tidak peduli mereka membawanya dengan gaya FanAtic, professional, atau biasa-biasa saja. Apapun yang terjadi, Linux adalah sesuatu yang selalu menarik untuk dikaji, dipelajari, kemudian dibagikan kepada orang lain apa-apa yang sudah kita dapatkan.
Fanatisme ini, seberapa pastinya, sungguh merupakan hal yang tak pernah terbersit di dalam benak Linus Torvalds, waktu pertama menulis kernel Linux. Dalam suatu kesempatan bahkan dengan cukup terkejut Linus mengungkapkan bahwa : kehadiran Linux sama sekali bukan untuk menghancurkan (microsoft) windows, semua isu yang tentang fanatisme yang ada, adalah efek samping dari semua ini. Ya, saya setuju dengan prinsip sang bapak Linux, namun saya juga bisa ikut merasakan semangat dan emosi para komunitas Linux di seluruh dunia, dari poster dan gambar-gambar yang mereka buat. Memang, suka atau tidak, sebuah gerakan sosial, yang bertujuan membantu kesejahteraan manusia, akan berujung pada heroisme, dan akan menemukan oposisinya sendiri, sesuatu yang berlawanan. Tapi, walau bagaimana pun, saya sangat senang dengan inovasi-inovasi para pengguna, programmer, dan penggerak Linux di seluruh dunia, tidak peduli mereka membawanya dengan gaya FanAtic, professional, atau biasa-biasa saja. Apapun yang terjadi, Linux adalah sesuatu yang selalu menarik untuk dikaji, dipelajari, kemudian dibagikan kepada orang lain apa-apa yang sudah kita dapatkan.
Comments