Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2007

OpenOffice.org Vs Microsoft Office

OpenOffice.org merupakan aplikasi office standar di sistem operasi Linux, seperti halnya Microsoft Office di windows. Lalu, bagaimana sebenarnya kualitas dan kapabilitas OOo (singkatan dari OpenOffice.org) dalam hal mengerjakan pekerjaan-pekerjaan perkantoran? Secara umum, OOo memiliki fitur yang persis, artinya apa yang mampu dilakukan oleh MsOffice, pun dapat dikerjakan di OOo. Hanya saja, bagi kita yang sudah mendarah daging dengan MsOffice, akan mengalami sedikit ketidakbiasaan untuk menggunakan fitur-fitur khusus, seperti memasukan nomor halaman. Secara garis-besar, saya tidak dapat menggambarkan secara panjang lebar, karena saya sendiri tidak mengalami masalah selama menggunakan OOo sebagai pengganti MsOffice. Nilai minus paling utama dari OOo adalah, jika kita menggunakan PC generasi tua, maka OOo akan terasa lebih lambat loadingnya jika dibandingkan dengan MsOffice. Memang ada opsi OOo Quickstarter agar OOo dapat di load lebih cepat, namun secara umum, jika dibanding MsOffice m

BENCHMARK SOFTWARE LINUX-WINDOWS : KOLOURPAINT

Dulu, ketika saya masih menggunakan windows, saya sangat “tergantung” pada sebuah aplikasi editor grafis bawaan windows, yaitu Ms.Paint. Aplikasi tersebut sangat sederhana, cepat, namun sangat praktis untuk mengedit gambar atau foto secara sederhana di windows. MsPaint paling sering saya gunakan adalah untuk meng-cut dan paste gambar atau grafik (dalam format jpg atau png ), untuk diinsert di MsWord. Selain itu, saya sering juga melakukan screenshoot desktop windows, dan kemudian saya paste-kan di MsPaint, sungguh luar biasa praktisnya MsPaint itu. Nah, dulu juga, saat saya pertama berkenalan dengan Linux, yang kebetulan adalah distro Xandros Linux, ternyata di situ ada aplikasi “sejenis” yang juga bernama Paint Program. Dan saat saya mencobanya sejenak, tampilannya persis dengan MsPaint. Nah, masalah terjadi saat saya bermigrasi ke Linux, dan distro yang digunakan adalah ubuntu. Saya mencoba mencari-cari, dan akhirnya ketemu juga. Ternyata aplikasi Paint Program yang ada di xandros ad

REVIEW APLIKASI MENARIK : HELP EXPLORER

Setelah lancar membuka file windows help chm, saya mendapati ternyata file windows help tidak hanya terdapat dalam bentuk chm, tetapi ada yang berekstensi hlp. Dan, ternyata kchmviewer tidak mampu membaca file hlp. Saya bingung lagi, dan lagi-lagi saya Googling, dan alhamdulillah, saya mendapat referensi aplikasi bernama HelpExplorer, yang bisa didownload di kamasoftware.com Setelah saya mendownload HelpExlorer versi linux, yaitu HelpExlorer_v2.1_LINUX.tar.gz, saya ekstak, lalu masuk ke folder setup. Kemudian menjalankan file shell script setup.sh, dengan perintah $ sudo ./setup.sh. Ada banyak opsi terutama halaman EULA yang cukup panjang. Yang perlu diperhatikan, folder instalasi HE akan ditaruh di folder local, kemudian kita ditanya akan membuat symbolic link binary di direktori root mana, untuk itu saya pilih /usr/bin Untuk menjalankannya, kita harus mengetik manual di terminal dengan perintah /usr/bin/help, atau tergantung dimana kita menaruh symbolic link binari HE tersebut. Yang

REVIEW APLIKASI MENARIK : KCHMVIEWER

Beberapa saat yang lalu, saya mendapat aplikasi menarik yaitu Al Quran Digital, tapi versi windows. Tanpa bingung, saya langsung instal aplikasi tersebut di linux dengan wine. Setalah berhasil, saya coba jalankan dengan wine, dan loh!, ternyata tidak mau jalan. Usut punya usut, ternyata file utamanya bukan windows executable, tapi file windows dengan ekstensi .chm. Hmm, saya bingung lagi, dan akhirnya tempat peraduan saya adalah google, dan dari googling tersebut, saya mendapat referensi, ada dua aplikasi linux yang mampu membaca file chm, yaitu xchm dan kchmviewer. Tidak ada perbedaan jauh kecuali kchmviewer dibuat untuk KDE, dan kedua aplikasi tersebut bekerja dengan pustaka yang sama, yaitu libchm. Setelah saya instal, ternyata memang luar biasa sekali, file windows help chm, berhasil dibuka dengan sangat lancar, dan saya pun bisa menikmati paket Al Quran Digital versi windows dengan lancar. Agar lebih menarik, saya tambahkan Al Quran Digital tersebut ke daftar Kmenu dengan kmenuedi

ALIEN : SANG PENYELAMAT ( YANG LUAR BIASA )

Beberapa saat yang lalu, saya mendownload paket-paket ekstra ubuntu secara manual di packages.ubuntu.com. Seperti biasa, saya mencatat aplikasi yang saya butuhkan beserta dependensi-dependensinya (bagaimana saya mencatat, pernah saya post dulu). Setelah pulang dengan paket deb komplit dengan dependensi-dependensinya, tanpa ragu sedikitpun langsung saya install dengan perintah $ sudo dpkg –i *.deb, saya tunggu beberapa saat, dan seperti di sambar petir, ternyata ada pesan error dan bahkan hampir semua paket yang saya download error semua. Waduuuh, kenapa ini? Setelah saya cermati pesan error yang muncul, ternyata paket-paket dependensi dasar yang ada di ubuntu, berbeda SEDIKIT versinya dengan yang dibutuhkan oleh paket tersebut. Sebagai contoh, paket ubuntu di bundel dengan versi seperti ini 123456-ubuntu1.deb, dan ada versi yang SEDIKIT lebih baru, namun sebenarnya masih versi yang sama, menjadi seperti ini 123456-ubuntu2.deb (beda rilis ke1 dan ke2). Karena hal itulah saya geram bukan

Aplikasi Favorit

Aplikasi favorit yang saya gunakan dalam bekerja sehari-hari dengan desktop Linux adalah : Distribusi Linux Distribusi Linux favorit saya adalah Ubuntu dan variannya (BlankOn, LinuxMint, gOS dan PC/OS); Fedora dan kemudian Mandriva. Distribusi lain yang saya gunakan adalah OpenSuse, PuppyLinux, Slax, DSL dan Zenwalk. Distribusi mayor yang belum pernah saya coba hingga saat ini adalah Slackware. Desktop Window manager favorit saya saat ini adalah Gnome, KDE 3.5 dan kemudian XFCE. Saya menggunakan ketiga window manager itu secara bergantian, untuk mengganti suasana agar tidak bosan. Saya tidak terlalu nyaman bekerja dengan KDE 4, walaupun memiliki tampilan yang sangat menawan. KDE 4 masih terasa begitu bertele-tele bagi saya. Window manager lain yang pernah saya pelajari adalah Fluxbox dan Jwm. Saya cukup nyaman bekerja dengan kedua window manager tersebut, tetapi karena fiturnya terlalu sederhana sehingga hanya cocok digunakan untuk liveCD saja. Window manager baru yang sa

OPREK UBUNTU BAGIAN TIGA : MEMBUAT REPOSITORI SENDIRI

Kali ini saya akan membahas mengenai membuat repositori lokal ubuntu. Dulu, saya pernah membahas tentang penggunaan apt untuk instalasi, yang intinya adalah ada file informasi database kumpulan paket dpkg dalam bentuk Packages.gz Beberapa waktu yang lalu, saya sempat mendownload banyak paket dpkg, komplit dengan dependensinya. Saya tidak ada masalah dengan kumpulan paket tersebut, namun saya mendapat sedikit kerepotan ketika saya harus menginstal ulang sistem linux saya karena masalah, yang akhirnya harus menginstal seluruh paket dpkg tersebut dengan perintah $ sudo dpkg –i *.deb Selain lama, hal tersebut kurang efisien karena ternyata saya tidak membutuhkan semua paketnya, dan jalan terbaik adlah dengan apt. Tapi bagamina membuat file database apt yang bernama Packages.gz itu? Kalau di Fedora ada aplikasi createrepo yang sangat canggih, namun di debian? Saya googling, dan mendapat cara membangun script apt, yaitu dpkg-scanpackages. Namun, saat saya menjalankannya, lagi-lagi muncul com

Kontak

Hai everybody, I am the one behind this blogspot. My name is Alwan Rosyidi. I'm not a geek, or even a programmer, I'm just a Linux user. Like you. You could contact me at : Twitter Facebook Kompasiana +6283838857605