Sebagai sebuah sistem operasi yang baru ngetop, tentu saja di kalangan pengguna pemulanya sering mengalami trouble. Trouble tersebut memang tidak serta-merta karena ketidakbiasaan, tetapi karena memang kita harus sangat cermat di dalam mengamati dan mengikuti setiap instruksi yang ada dalam Linux.
Di satu sisi, sistem Live Linux dengan installe GUI-nya, merupakan sebuah keajaiban bagi pengguna komputer pemula ( kalau kita bandingkan dengan installer windows yang hanya layar biru-biru dan tulisan antah berantah yang pasti membingungkan bagi pengguna awam ). Dalam installer Linux tersebut, tinggal klik next dan next, lalu abrakadabra, jadilah Linux ngendon di komputer kita. Masalahnya adalah, hampir sebagian besar pengguna komputer kita, masih teramat sayang untuk menceraikan windows dari komputer mereka, dan penginnya, memadukannya dengan Linux agar enak dipakai sesuai kebutuhan.
Nah, disinilah masalah paling fundamental. Sering kali pengguna awam kurang paham pada saat proses instalasi Linux, dimana pada setting default biasanya akan menghapus data yang ada di komputer (dalam hal ini data yang dimaksud adalah windows dan dokumen2nya). Oleh karenya, kita harus cermat dalam tahap instalasi yang satu ini.
Biasanya, ada tiga pilihan dalam proses instalasi Linux pada bagian pemartisian hard disk untuk digunakan secara bersama dengan windows, yaitu :
Jadi, seperti yang diungkapkan diatas, telitilah dan jangan malas untuk membaca wizard yang ada di Linux, dan jangan takut, sebagaian besar distro sudah menawarkan bahasa Indonesia pada saat instalasi, jadi... Let`s Action...
Di satu sisi, sistem Live Linux dengan installe GUI-nya, merupakan sebuah keajaiban bagi pengguna komputer pemula ( kalau kita bandingkan dengan installer windows yang hanya layar biru-biru dan tulisan antah berantah yang pasti membingungkan bagi pengguna awam ). Dalam installer Linux tersebut, tinggal klik next dan next, lalu abrakadabra, jadilah Linux ngendon di komputer kita. Masalahnya adalah, hampir sebagian besar pengguna komputer kita, masih teramat sayang untuk menceraikan windows dari komputer mereka, dan penginnya, memadukannya dengan Linux agar enak dipakai sesuai kebutuhan.
Nah, disinilah masalah paling fundamental. Sering kali pengguna awam kurang paham pada saat proses instalasi Linux, dimana pada setting default biasanya akan menghapus data yang ada di komputer (dalam hal ini data yang dimaksud adalah windows dan dokumen2nya). Oleh karenya, kita harus cermat dalam tahap instalasi yang satu ini.
Biasanya, ada tiga pilihan dalam proses instalasi Linux pada bagian pemartisian hard disk untuk digunakan secara bersama dengan windows, yaitu :
- Menggunakan ruang sisa dari partisi terbesar yang ada di komputer kita (misal partisi C:, atau mungkin D:, atau E:, tergantung yang paling besar sisa ruangnya). Di sinilah pengguna awam sering kurang paham. Pada pilihan ini, kita disuguhi pembagian ruang sisa hardisk kosong, dimana kita bebas untuk mengatur, berapa ruang kosong dipakai, dan tersisa setelah instalasi Linux. Jika partisi yang dipakai adalah C: (system), dan kita mengalokasikan sisa ruang kosong terlalu sedikit, maka system windows kemungkinan besar akan rusak. Jadi, misalkan partisi yang akan dipakai Linux adalah C (misal dalam Linux terbaca hda1), dan ukurannya misalkan saja adalah 20 GB, dan kita tahu bahwa partisi tersebut sudah terpakai 15 GB, maka pada saat pengalokasian ruang sisa kosong, harus disisakan 15 GB atau lebih, agar data windows tidak terhapus.
- Menggunakan seluruh hardisk dan menghapus semua data yang ada. Ini adalah cara yang sangat praktis, namun jika anda memang sudah 100 % ingin menggunakan Linux setiap hari tanpa kurang suatu apapun jua.
- Pemartisian manual. Adalah cara yang lumayan butuh ketelitian. Manual pemartisian pada setiap distro berbeda, tapi pada dasarnya kita disuruh untuk : (1) menunjuk suatu partisi untuk digunakan sebagai root filesystem ( / ); dan (2) menunjuk suatu partisi untuk digunakan sebagai memory virtual ( swap ). Jadi, jika kita sudah punya partisi yang sudah siap untuk dipakai, tinggal alokasikan satu partisi untuk root filesystem dan satunya lagi untuk swap. Yang perlu diperhatikan adalah, tiap distro membutuhkan alokasi partisi yang berbeda-beda untuk menyimpan root filesystemnya (misal mandriva butuh 5 GB, dan ubuntu butuh 2 GB ). Untuk swap, alokasi minimal biasanya 256 MB, tapi semakin besar, tentu semakin baik. Kalau kita kesulitan dengan cara-cara tersebut, kita bisa menunjuk partisi-partisi tertentu pada PC kita yang memang sudah kita siapkan untuk Linux, lalu kita delete partisi-partisi tersebut, kemudian create (dan otomatis diformat untuk sistem Linux).
Jadi, seperti yang diungkapkan diatas, telitilah dan jangan malas untuk membaca wizard yang ada di Linux, dan jangan takut, sebagaian besar distro sudah menawarkan bahasa Indonesia pada saat instalasi, jadi... Let`s Action...
Comments
Gimana kalau saya bantu mempercantik blog ini tapi fee-nya 20 % dari pendapatan ilkan ya...