Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2009

Dilematis !

Produsen software terbesar dunia, Microsoft, telah resmi merilis sistem operasi baru Microsoft Windows Vista pada tahun 2007 yang silam. Sejatinya, sistem operasi baru memberikan banyak kemudahan dan keunggulan baru dari produk generasi sebelumnya. Pada perkembangan selanjutnya, banyak user yang justru tidak nyaman dengan OS baru tersebut. Ada banyak keluhan. Ketidak-kompatibel-an hardware , software dan (cukup) berat di jalankan. Akhirnya banyak user yang lebih memilih tetap menggunakan XP dan atau kembali menggunakan XP. Karena banyak user yang tetap / kembali menginginkan XP, banyak produsen/distributor/reseler hardware/software yang jadi kurang suka memperdagangkan Windows Vista. Skenario terburuk pun terjadi. Opini publik ter-generalisir dan bermuara pada satu pandangan yang hampir seragam, 'Windows Vista adalah produk gagal Microsoft !' Yang menjadi persoalan adalah, begitu banyak user yang tidak tahu dan tidak peduli, bahwa XP sedang da

Kreativitas Itu Tak Pantas Mati

Linux adalah sistem operasi yang membawa konsep lisensi GPL. Lisensi GPL ini terimplemntasi juga dalam format untuk kebutuhan lain. Untuk format dokumen tertulis, Linux membawa format ODF dengan ekstensi .odt, yang merupakan format dokumen default untuk aplikasi office suite paling populer OpenOffice.org. Untuk kebutuhan lain pun sama. Jika format distribusi audio yang paling populer adalah mp3, maka Linux mempunyai format tersendiri sebagai implementasi dari GPL, yaitu ogg vorbis. Format video yang di bawa linux pun sama, yaitu ogv dan ogg. Permasalahannya tentu saja, sangat sedikit distributor atau developer konten hiburan yang memaketkan produk hiburannya dalam format ogg vorbis (audio dan video). Padahal, kebanyakan distribusi besar Linux, tidak memaketkan pemutar multimedia untuk format populer semacam mp3. Lalu gimana? Its simple! Kita hanya perlu sebuah converter! Dan ada banyak converter audio-video ke format ogg. Untuk converter video-to-ogg, ad

Menikmati Kenyamanan Tanpa Boros Energi

Kadangkala (kalau saya cukup sering), kita menyalakan komputer hanya sekedar untuk mendengarkan musik, dan seringkali berakhir dengan terlelap dengan komputer tetap menyala. Kenapa tidak pakai DVD player saja? Komputer lebih fleksibel. Memilih lagu ini-itu dan lain sebagainya. Tak perlu mengganti keping CD ini-itu. Pokoknya lebih fleksibel. Dan dengan kecenderungan bersantai menikmati musik berakhir dengan terlelap yang nyaman, alangkah indahnya kalau kita bisa melakukan proses hitung mundur otomatis untuk mematikan komputer ( shuting down ). Utility proses hitung mundur shut down ada di Windows dan juga Linux, secara default. Di windows kita bisa melakukannya dengan command line (cmd), dan di Linux pun sama. Masalahnya adalah, saat saya mencoba menjalankan utility shut down di Linux dengan shell, saya jadi bingung. Parameternya lain dengan di Windows ( ya iyalah!! ). Iseng di iseng, saya mencari paket yang ada hubungannya dengan shut down di Synaptic, dan ket

Berkarya Untuk Nilai Yang Lebih Tinggi : Menulis Arab di Linux

Alhamdulillah , kemarin salah satu rekan saya yang dari pesantren minta di instalasikan Linux di Netbook miliknya. Alasan klasik, capek dengan Windows yang selalu lambat dan crash karena virus. Semua sih oke-oke saja, kecuali satu hal, bagaimana cara menggunakan keyboard arab di desktop Linux? Waduh! Saya pun belum pernah pakai. Maklum lah, saya sendiri bisa di bilang tidak punya kemampuan menulis arab secara aktif. Hanya bisa membaca saja. Cari di cari, ternyata sangat mudah. Untuk meng-enable Arabic Keyboard, kita tinggal masuk ke menu Gnome di 'System>Preferences>Keyboard'. Dari jendela seting keyboard, secara default seting keyboard adalah US English. Untuk menambahnya kita tinggal memilih button 'Add'. Setelah itu akan muncul kotak dialog 'Choose a Layout', dan pada bagian Layouts, cari pilihan 'Arabic' dan selanjutnya tekan 'Add'. Terakhir, sekarang ada dua pilihan layout keyboard, US English dan

Bermain Virtualisasi Yang Menyenangkan

Virtualisasi adalah salah satu solusi terbaik untuk 'system testing'. Pasaran utama dari tehnologi virtualisasi mungkin bukan untuk end-user, tetapi lebih ke korporasi yang membutuhkan sebuah tool untuk 'system-testing'. Mencoba sistem baru sebelum di implemented ke IT perusahaan.   Walaupun begitu, tehnologi virtualisasi bisa juga menjadi pilihan yang baik bagi end-user untuk menjalankan, atau sekedar melakukan testing terhadap berbagai macam sistem operasi dalam satu sistem operasi. Alih-alih dual/triple/multi boot dalam satu komputer, menjalankan virtualisasi akan terasa lebih menghemat resources dan juga lebih efektif untuk kendali sistem.  Anggap saja ada satu kasus, dimana seorang Linux user masih 'membutuhkan' sistem operasi Microsoft Windows untuk update informasi 'tehnologi terkini' dari platform Ms. Windows. Menjalankan dual-boot mungkin lebih efektif dalam hal fungsionalitas OS Windows, tetapi akan terasa membuang resource komputer kalau OS ut

Eyecandy Ubuntu Desktop

How to make your Ubuntu dekstop eyecandy? Thats very completely simple. 1 st , download and install 'BlueMan' gtk theme | here | 2 nd , download and install 'Hydroxygen' icon theme | here | 3 rd , install 'dock' application (e.g. avant-window-navigator or cairo-dock) 4 th , find out any 'eyecandy' wallpapers. And now, enjoy your 'eyecandy' ubuntu desktop ^_^

Tetap Bersosialisasi Dengan Dunia dan Rekan-Rekan Tersayang..

Facebook kini telah benar-benar 'menjajah' dunia 'pertemanan online'. Selain secara de facto telah meninggalkan situs-situs sosial sejenis seperti Friendster, Facebook kini juga mulai menjamah pasar percakapan online atau chatting . Fitur chatting inilah yang menjadi salah satu sebab kenapa Facebook terasa lebih enak di gunakan untuk bersosialisasi di banding Friendster. Dan bukan tidak mungkin, nanti Facebook chatting bisa lebih popular dari Yahoo! Messenger. Jika Yahoo! chatting sudah memiliki aplikasinya sendiri yaitu Yahoo! Messenger, bagaimana dengan aplikasi messenger untuk Facebook chatting ? Tentu sudah banyak, salah satunya adalah e-buddy, yang telah mendukung koneksi ke protokol chatting Facebook dengan baik. Dan bagaimana dengan Linux? Don`t worry ! Di Linux kita punya satu aplikasi messenger multi-protokol yang sudah sangat populer yaitu Pidgin ! Namun, sampai posting ini di tulis, Pidgin belum menyertakan secara default k

Mencari Keberuntungan : Instalasi SPSS 15 Dengan Wine

Setelah berhasil menginstalasi SPSS 11.5 dengan menggunakan CrossOver 7.10, saya mencoba menginstalasi SPSS 15 dengan Wine. Sistem yang saya gunakan adalah : # Ubuntu 7.10 Kernel 2.6.22-generic # Wine-0.9.59 Secara keseluruhan, proses instalasi lancar dan cepat. Pun ketika 'installation finished', SPSS bisa langsung saya jalankan dari 'Wine>Programs>SPSS'. Loading cukup capat, bisa masuk ke window kerja SPSS, namun hanya beberapa saat, setelah itu macet. Kenapa ya? Karena penasaran, akhirnya saya coba jalankan manual dari Terminal untuk mengetahui error apa saja yang sebenarnya terjadi.  $ wine ./wine/drive_c/Program\ Files/SPSS/spsswin.exe Ternyata ada ratusan DLL library yang tidak ada. Saya bingung. Saya coba jalankan 'winecfg', dan library-library yang di butuhkan pun tidak ada secara built-in di Wine. Akhirnya saya mencoba “cara yang sangat jahat”, yaitu menggunakan library DLL native milik Windows. Saya copy semua library DLL yang ada di direktori C:

Lebih Mudah Dengan Shell Script

Ada banyak kepentingan dalam bekerja dengan komputer. Yang pasti, bagi sebagian besar orang termasuk saya, sulit untuk bekerja di depan komputer tanpa di iringi oleh musik. Lalu apa masalahnya? Masalahnya adalah, seringkali kita dalam posisi bekerja dengan aplikasi yang berat semisal GIMP dan Inkscape, sementara aplikasi pemutar musik kita juga lumayan berat, katakanlah Amarok. Menghemat memory sangat penting di sini. Alternatifnya, kita bisa menggunakan aplikasi pemutar musik command-line seperti mpg321 atau Moc. Sangat hemat sekali memory. Dari hasil cek saya lihat di 'gnome-system-monitor', saya dapati aplikasi mpg321 hanya 'memakan' memory sekitar 600-an kilobyte saja! Sangat hemat sekali! Permasalahan utamanya, dalam banyak konteks dan keperluan, bekerja dengan modus teks terasa tidak praktis, termasuk menggunakan mpg321. Katakanlah kita ingin memainkan musik di direktori : mpg321 /home/anu/Music/bla/bla/anu/entah\ berantah/dll/ dan/lain\ lain/*.mp3 *.MP3 Repot kan

Bekerja Dengan Shell Tak Harus Membosankan !

Layar Terminal yang imut Pilih gambar sebagai background Seting opacity Edit 'Current Profile' Desktop Linux dan Unix ( termasuk di dalamnya Mac OS X ), adalah sebuah desain desktop yang sempurna. Perpaduan antara desain interface garfis yang indah, menawan dan efisien, dengan manajemen sistem berbasis shell script dan teks yang sangat ampuh. Untuk itulah, di desktop Unix selalu ada aplikasi 'terminal-emulator' untuk berkomunikasi dengan shell. Apliaksi yang terkenal antara lain 'xterm', 'gnome-terminal', 'konsole', dan 'xfce4-terminal'. Bagi administrator komputer dan sistem informasi berbasis Linux, bekerja dengan menggunakan shell adalah keniscayaan dan menjadi rutinitas. Dan dimanapun, rutinitas akan cenderung berujung kepada kebosanan. Dan nampaknya, hal tersebut terpikirkan oleh para pemrogram komputer FOSS. Aplikasi 'terminal-emulator' seperti 'gnome-terminal', 'konsole', '

Indah Tak Perlu Mahal !

Satu aplikasi `khas` desktop Mac yang selalu menarik adalah dock. Karena saking menariknya, aplikasi dock untuk desktop non-Mac pun banyak di buat. Di Windows ada RocketDock dan ObjectDock. Di Linux ada banyak pilihan, dan yang terakhir paling terkenal adalah Avant-Window-Navigator dan Cairo-Dock. Sayang sekali, aplikasi dock di desktop Linux hanya bekerja pada modus compositing desktop, seperti Compiz Fusion. Padahal untuk mengaktifkan aplikasi compositing desktop semacam Compiz, butuh VGA yang 'agak lumayan', katakanlah minimal on-board Intel 8xx/9xx. Lalu, bagaiman dengan nasib komputer yang hanya bermodal VGA shared 'minimal' seperti komputer saya? Jangan khawatir! Ternyata aplikasi compositing desktop tidak melulu harus aplikasi berat sekelas Compiz Fusion. Ada satu aplikasi compositing desktop yang sangat kecil dan ringan, tetapi sudah mampu memenuhi syarat kebutuhan untuk menjalankan aplikasi dock. Aplikasi compositing desktop tersebut adalah xcompmg

Selecting Lebih Mudah Dengan Krita

Lagi-lagi saya di tolong oleh aplikasi KDE! Memang pada awal saya menggunakan Linux, saya langsung jatuh cinta pada KDE. Hanya akhir-akhir ini saja saya lebih suka bekerja dengan Gnome karena lebih ringan dan simpel. Pada dasarnya saya tetap jatuh cinta pada KDE, karena keindahan desktop serta kelengkapan aplikasi-aplikasinya. Kisahnya begini, dari dulu saya selalu mengalami kesulitan saat mencoba melakukan selecting image menggunakan `magic select` di GIMP. Alhasil, saya sering menggunakan `eraser` brush untuk melakukan `magic select` di GIMP. Dan saya jadi teringat pada desktop Kubuntu, yang mana terdapat aplikasi image editing bernama Krita. Langsung saja saya instalasi : $ sudo apt-get install krita Jendela kerja yang jadi satu, serta tool-tool yang `photoshop` look, sangat mudah untuk di operasikan. Dan yang paling enak, sekarang saya bisa menggunakan tool untuk melakukan selecting dan croping dengan lebih mudah. Satu hal yang agak kurang adalah, Krita tera

Menaklukan Si Cantik dan Sexy Atheros

WLAN Atheros bekerja setelah 'di oprek' Network Manager tidak mengaktifkan wireless. 'wireless is disabled' Driver Atheros `ath5k` sebenarnya sudah terbaca dan bekerja Ceritanya, kemarin ada rekan saya yang minta tolong di instalasikan Ubuntu di netbook Acer Presario One. Hmm! Langsung saja saya coba instalasi Ubuntu, dan ternyata baik Ubuntu Hardy maupun Ubuntu Ibex tidak mau boot di Acer Presario One tersebut. Entahlah! Pastinya ada penyelesaian, tapi saya malas mencari penyelesaiannya dan lebih memilih mencoba dengan Ubuntu Jaunty 9.04, yang ternyata berhasil dengan mudah, lancar dan tanpa masalah ! =) Semua hardware bekerja sempurna, termasuk VGA Intel. Desktop 3D langsung bekerja. Semua bekerja sempurna, kecuali satu : WLAN! Usut di usut, ternyata WLAN yang digunakan adalah Atheros. Dan setelah mancari tahu kesana-kemari, memang (sepertinya) semua produk notebook dan netbook Acer menggunakan WLAN Atheros. Waduh ! Kok belum bekerja ya? L

Mengenal Kembali Budaya Sendiri

Akhir-akhir ini saya sedang hangat berdiskusi mengenai tulisan Hanacaraka dengan rekan saya yang dari Sunda. Loh? Ya itulah. Saya jadi interest karena setelah usut di usut, tulisan asli Jawa dan Sunda itu sama, hanacaraka . Ini sangat-sangat menarik sekali. Mempelajari budaya satu rumpun bangsa sendiri yang luar biasa ini. Yap! Selain masalah budaya dan humanisme yang menarik dari diskusi saya, alasan lainnya adalah karena dulu, saat saya masih duduk di bangku kelas 6 SD, saya bisa menulis hanacaraka seperti layaknya menulis latin. Lancar dan tanpa teks bantuan sedikit pun. ( Pamer! ) ^_^ Namun, karena di SMP materi muatan lokal bahasa jawa hanya fokus ke tembang dan bahasa lisan, alhasil skill saya dalam hal bahasa tulis jawa jadi luntur sedikit demi sedikit. Puncaknya tentu saat SMA dimana tak ada pelajaran bahasa jawa. Hyuf! Nah, di Facebook tercinta, saya mendapat seorang teman baik dari Bandung. Dia nampaknya cukup interest dengan masalah art dan bu