Setelah hampir tiga bulan saya tidak meng-update blog saya, dan bahkan sempat berpikir untuk menghentikan blog saya, akhirnya “semangat” untuk nge-blog seputar oprek linux muncul kembali. Saat ini, saya akan kembali mengulas masalah multimedia, atau bisa saya katakana, saya akan mengupas sampai habis masalah multimedia, sepanjang yang saya ketahui saat ini.
Beberapa waktu yang lalu saya sempat mempost, bahwa solusi multimedia dalam linux adalah menginstalasi distro yang khusus dibangun untuk fungsi multimedia, dalam hal ini dulu saya menyarankan untuk menggunakan movix, distro yang hanya berisi Mplayer dengan segala codec multimedianya.
Setelah ekperimen (padahal tidak sehebat itu ), dan juga tanya kesana-kemari, googling dan juga masuk ke mailing list, akhirnya didapati bahwa sebenarnya aplikasi-aplikasi multimedia di Linux itu dapat memutar dengan lancar file-file multimedia, katakanlah seperti mp3, 3gp, mov, bahkan flv. Permasalahan utama adalah pada codec yan harus tersedia untuk “menerjemahkan” file-file multimedia yang ada, agar aplikasi multimedia di linux “mengenali” file-file tersebut dan memutarnya untuk kita nikmati.
Ngomong-ngomong soal aplikasi multimedia, ada banyak (belum bisa ditambah sangat atau sekali) terdapat di linux. Katakanlah yang sangat popular (atau melegenda) adalah sebagai berikut :
Mplayer, ini bisa disebut WMP-nya linux, karena apa? Karena aplikasi ini mampu memutar dengan sempurna hampir semua format multimedia di dunia ini. Dan, agar bekerja dengan sempurna itulah, Mplayer membutuhkan codec multimedia yang akan menjadi “nyawa” utama, yaitu w32codecs.
Xine-ui, merupakan aplikasi video player yang juga sudah sangat melegenda, terutama dalam urusan memutar VCD atau DVD. Untuk bekerja, mesin xine juga membutuhkan codec, yaitu gstreamer-plugins-ugly.
Kplayer, untuk yang satu ini saya belum begitu mengerti, karena belum menggunakannya dalam PC saya. Hanya dulu saya pernah mencobanya dalam built-in distro mini Slax,aplikasi ini cukup powerful juga.
Totem, merupakan aplikasi default untuk desktop Gnome. Jujur mengenai aplikasi ini, saya jengkel karena tidak juga bisa memutar file multimedia non-OSS. Mungkin karena ketidaktahuan saya, walaupun sudah saya intsalasi gstreamer-plugins-ugly dan juga w32codecs, Totem tetap saja emoh memutar file multimedia selain ogg (mp3 mau). Walaupun begitu, saya tidak akan pernah mencela aplikasi ini, dan saya tetap menaruh rasa hormat yang tinggi kepada penciptanya. (maklum, karena saya hanyalah pengguna, dan newbie lagi).
Kaffeine, merupakan aplikasi keturunan xine-ui, yang khusus dirancang bagi desktop KDE yang menawan. Kemampuannya standar sih, maksudnya adalah mampu memutar berbagai file multimedia, setelah ditambah w32codecs.
Kmplayer, sama seperti Kaffeine yang keturunan xine-ui, aplikasi ini merupakan keturunan dari Mplayer yang dirancang untuk desktop KDE. Tampilannya lebih simple dari Mplayer, namun mempunyai kemampuan yang sama persis, tentu saja dengan w32codecs.
XMMS, merupakan cloning dari Winamp di Linux. Sudah teramat sangat melegenda sekali di dunia Linux sebagi pemutar file musik, karena kemampuannya memutar mp3, dan juga aplikasi yang sangat ringan. Fitur lain yang hebat adalah kompatibiltas dengan skins Winamp versi 2X ( yaitu yang berekstensi wsz). Selain itu, mampu meng-import equalizer preset-nya Winamp.
Amarok, merupakan music player dan organizer di Linux, yang dikhusukan untuk desktop KDE (walau tanpa masalah untuk diinstal di desktop Gnome). Untuk kualitas suara, jujur menurut saya, lebih bagus di atas XMMS. Namun, karena sophisticated-nya, Amarok termasuk aplikasi yang agak berat untuk diloading (jika kita menggunakan PC tua). Untuk masalah interface, saya acungi jempol untuk Amarok. Aplikasi ini sangat cerdas dalam hal memanajamen file-file musik, membuat rating berdasarkan keseringan pemutaran, dan juga ada cover album manager. Untuk bekerja bisa menggunakan libffmpeg.
Rhythmbox, adalah aplikasi music player default untuk Gnome. Prinsipnya sama dengan Amarok, yaitu sebagai music manager. Namun, ada satu hal yang sangat saya sayangkan, adalah tidak tersedianya equalizer untuk mengatur bass dan treblenya. Untuk bekerja, tentu saja membutuhkan gstreamer-plugins-ugly.
Juke, adalah music player yang juga dikhususkan untuk KDE. Tampilannya cukup sederhana. Saya belum begitu familier dengan aplikasi ini, dan hanya sempat menggunakannya di liveCD Slax, dan dapat memutar mp3.
Beep Media Player (BMP), merupakan keturunan dari XMMS, dan juga mempunyai tampilan yang sama persis dengan XMMS. Saya sendiri tidak begitu paham apa yang membedakan antara BMP dengan “ayahnya” XMMS, karena tampilan, fungsi dan interface-nya persis dengan XMMS. Bahkan, untuk kualitas suara, masih mendingan XMMS. Sama juga seperti XMMS, BMP mempunyai kemampuan untuk menggunakan skins Winamp.
Audacious, merupakan satu lagi aplikasi yang menjadi semacam cloning Winamp. Interface-nya plek jiplek (atau sama persis) dengan XMMS, BMP atau Winamp klasik. Kemampuan dan kualitas suara standar, dan tentu saja sama seperti XMMS, Audacious merupakan aplikasi yang ringan dan cocok untuk digunakan sebagai teman bekerja dengan OpenOffice.org.
Mpg321, merupakan aplikasi pemutar music command-line based. Tidak ada keunggulan apapun (menurut saya) keculai bahwa pastilah aplikasi ini sangat ringan karena tidak menggunakan GUI untuk bekerja. Saya pun sering menggunakannya dulu, sebelum kenal akrab dengan XMMS dan Amarok. Yang menakjubkan dari mpg321 adalah, saat saya menginstalnya di desktop Gnome, aplikasi ini menjadi semacam aplikasi default yang mempunyai kemampuan mereview atau men-thumbnail file musik. Caranya adalah, arahkan pointer ke file mp3, maka secara langsung file musik tersebut terputar dengan sendirinya, cukup berguna jika kita sedang ingin mereview file musik, bukan memutarnya.
Moc, yaitu Music On Console. Saya belum pernah menggunakannya, namun sesuai namanya, MOC berbentuk sama dengan Mpg321.
Mpg123, merupakan non-OSS command-line music player. Mpg321 sendiri adalah jiplakan versi OSS dari Mpg123.
K3B (KDE Burn Baby Burn), merupakan Nero-nya Linux. Aplikasi burning CD/DVD yang sangat canggih dan mencukup semua kebutuhan burning memburning, termasuk membuat CD Audio dan VCD.
Serpentine, CD Audio player untuk desktop Gnome.
Sound Juicer, pemutar CD Audio dan juga ripper CD Audio yang built-in di Gnome.
KAudiocreator, fungsinya sama dengan Sound Juicer, hanya diperuntukan untuk desktop KDE.
Ffmpeg. Merupakan video-converter yang cukup canggih, walau masih menggunakan perintah teks. Mampu menconvert hampir semua file video termasuk flv ke dalam format mpg. Akhir-akhir ini saya sering menggunakan ffmpeg untuk membuat VCD pribadi, yaitu mendownload video di GoogleVideo kemudian saya convert ke mpg, lalu di burning dengan K3B, jadilah VCD pribadi (tidak boleh diperdagangkan dan di copy sembarangan tentu saja, karena kita tidak punya hak cipta).
Begitulah pengetahuan saya yang belum banyak, tentang tethek-mbengek masalah multimedia di Linux. Yang perlu menjadi perhatian adalah bukan masalah aplikasi yang digunakan, tetapi ada atau tidaknya codec multimedia untuk memutarnya. Sebagai ubuntuer, selama ini saya bisa mendapatkan proprietary codec di mirror ini : mirror2.ubuntulinux.nl
Setelah pemaparan yang agak panjang (hmmm), saya memberikan peringkat tentang aplikasi multimedia di Linux, yaitu :
1.untuk multimedia player, pilihan pertama jelas Mplayer+w32codecs.
2.untuk music player, saya menjatuhkan dua pilihan, untuk sekedar mendengar musik saya akan menggunakan Amarok, karena suaranya lebih halus. Namun, untuk teman bekerja dengan aplikasi lain, saya akan menggunakan XMMS.
Ada satu masalah multimedia di Linux yang belum saya temukan pemecahannya, yaitu bagaiman cara mengcopy dengan sempurna file berekstensi .dat atau .DAT yang ada di dalam VCD di atas Linux?. Karena selama ini, saya mengcopy DAT, baik dengan GUI maupun lewat terminal, saya dapati linux semacam tidak mengenali file DAT, dan diproperties-nya hanya terlihat 0 kb. Namun jika saya copy di platform windows, kemudian saya copy ke linux, file DAT tadi menjadi normal dan terbaca sebagi jenis file mpeg yang dapat diputar dengan sempurna oleh Mplayer atau Xine. Ada yang bisa membantu?
Beberapa waktu yang lalu saya sempat mempost, bahwa solusi multimedia dalam linux adalah menginstalasi distro yang khusus dibangun untuk fungsi multimedia, dalam hal ini dulu saya menyarankan untuk menggunakan movix, distro yang hanya berisi Mplayer dengan segala codec multimedianya.
Setelah ekperimen (padahal tidak sehebat itu ), dan juga tanya kesana-kemari, googling dan juga masuk ke mailing list, akhirnya didapati bahwa sebenarnya aplikasi-aplikasi multimedia di Linux itu dapat memutar dengan lancar file-file multimedia, katakanlah seperti mp3, 3gp, mov, bahkan flv. Permasalahan utama adalah pada codec yan harus tersedia untuk “menerjemahkan” file-file multimedia yang ada, agar aplikasi multimedia di linux “mengenali” file-file tersebut dan memutarnya untuk kita nikmati.
Ngomong-ngomong soal aplikasi multimedia, ada banyak (belum bisa ditambah sangat atau sekali) terdapat di linux. Katakanlah yang sangat popular (atau melegenda) adalah sebagai berikut :
Mplayer, ini bisa disebut WMP-nya linux, karena apa? Karena aplikasi ini mampu memutar dengan sempurna hampir semua format multimedia di dunia ini. Dan, agar bekerja dengan sempurna itulah, Mplayer membutuhkan codec multimedia yang akan menjadi “nyawa” utama, yaitu w32codecs.
Xine-ui, merupakan aplikasi video player yang juga sudah sangat melegenda, terutama dalam urusan memutar VCD atau DVD. Untuk bekerja, mesin xine juga membutuhkan codec, yaitu gstreamer-plugins-ugly.
Kplayer, untuk yang satu ini saya belum begitu mengerti, karena belum menggunakannya dalam PC saya. Hanya dulu saya pernah mencobanya dalam built-in distro mini Slax,aplikasi ini cukup powerful juga.
Totem, merupakan aplikasi default untuk desktop Gnome. Jujur mengenai aplikasi ini, saya jengkel karena tidak juga bisa memutar file multimedia non-OSS. Mungkin karena ketidaktahuan saya, walaupun sudah saya intsalasi gstreamer-plugins-ugly dan juga w32codecs, Totem tetap saja emoh memutar file multimedia selain ogg (mp3 mau). Walaupun begitu, saya tidak akan pernah mencela aplikasi ini, dan saya tetap menaruh rasa hormat yang tinggi kepada penciptanya. (maklum, karena saya hanyalah pengguna, dan newbie lagi).
Kaffeine, merupakan aplikasi keturunan xine-ui, yang khusus dirancang bagi desktop KDE yang menawan. Kemampuannya standar sih, maksudnya adalah mampu memutar berbagai file multimedia, setelah ditambah w32codecs.
Kmplayer, sama seperti Kaffeine yang keturunan xine-ui, aplikasi ini merupakan keturunan dari Mplayer yang dirancang untuk desktop KDE. Tampilannya lebih simple dari Mplayer, namun mempunyai kemampuan yang sama persis, tentu saja dengan w32codecs.
XMMS, merupakan cloning dari Winamp di Linux. Sudah teramat sangat melegenda sekali di dunia Linux sebagi pemutar file musik, karena kemampuannya memutar mp3, dan juga aplikasi yang sangat ringan. Fitur lain yang hebat adalah kompatibiltas dengan skins Winamp versi 2X ( yaitu yang berekstensi wsz). Selain itu, mampu meng-import equalizer preset-nya Winamp.
Amarok, merupakan music player dan organizer di Linux, yang dikhusukan untuk desktop KDE (walau tanpa masalah untuk diinstal di desktop Gnome). Untuk kualitas suara, jujur menurut saya, lebih bagus di atas XMMS. Namun, karena sophisticated-nya, Amarok termasuk aplikasi yang agak berat untuk diloading (jika kita menggunakan PC tua). Untuk masalah interface, saya acungi jempol untuk Amarok. Aplikasi ini sangat cerdas dalam hal memanajamen file-file musik, membuat rating berdasarkan keseringan pemutaran, dan juga ada cover album manager. Untuk bekerja bisa menggunakan libffmpeg.
Rhythmbox, adalah aplikasi music player default untuk Gnome. Prinsipnya sama dengan Amarok, yaitu sebagai music manager. Namun, ada satu hal yang sangat saya sayangkan, adalah tidak tersedianya equalizer untuk mengatur bass dan treblenya. Untuk bekerja, tentu saja membutuhkan gstreamer-plugins-ugly.
Juke, adalah music player yang juga dikhususkan untuk KDE. Tampilannya cukup sederhana. Saya belum begitu familier dengan aplikasi ini, dan hanya sempat menggunakannya di liveCD Slax, dan dapat memutar mp3.
Beep Media Player (BMP), merupakan keturunan dari XMMS, dan juga mempunyai tampilan yang sama persis dengan XMMS. Saya sendiri tidak begitu paham apa yang membedakan antara BMP dengan “ayahnya” XMMS, karena tampilan, fungsi dan interface-nya persis dengan XMMS. Bahkan, untuk kualitas suara, masih mendingan XMMS. Sama juga seperti XMMS, BMP mempunyai kemampuan untuk menggunakan skins Winamp.
Audacious, merupakan satu lagi aplikasi yang menjadi semacam cloning Winamp. Interface-nya plek jiplek (atau sama persis) dengan XMMS, BMP atau Winamp klasik. Kemampuan dan kualitas suara standar, dan tentu saja sama seperti XMMS, Audacious merupakan aplikasi yang ringan dan cocok untuk digunakan sebagai teman bekerja dengan OpenOffice.org.
Mpg321, merupakan aplikasi pemutar music command-line based. Tidak ada keunggulan apapun (menurut saya) keculai bahwa pastilah aplikasi ini sangat ringan karena tidak menggunakan GUI untuk bekerja. Saya pun sering menggunakannya dulu, sebelum kenal akrab dengan XMMS dan Amarok. Yang menakjubkan dari mpg321 adalah, saat saya menginstalnya di desktop Gnome, aplikasi ini menjadi semacam aplikasi default yang mempunyai kemampuan mereview atau men-thumbnail file musik. Caranya adalah, arahkan pointer ke file mp3, maka secara langsung file musik tersebut terputar dengan sendirinya, cukup berguna jika kita sedang ingin mereview file musik, bukan memutarnya.
Moc, yaitu Music On Console. Saya belum pernah menggunakannya, namun sesuai namanya, MOC berbentuk sama dengan Mpg321.
Mpg123, merupakan non-OSS command-line music player. Mpg321 sendiri adalah jiplakan versi OSS dari Mpg123.
K3B (KDE Burn Baby Burn), merupakan Nero-nya Linux. Aplikasi burning CD/DVD yang sangat canggih dan mencukup semua kebutuhan burning memburning, termasuk membuat CD Audio dan VCD.
Serpentine, CD Audio player untuk desktop Gnome.
Sound Juicer, pemutar CD Audio dan juga ripper CD Audio yang built-in di Gnome.
KAudiocreator, fungsinya sama dengan Sound Juicer, hanya diperuntukan untuk desktop KDE.
Ffmpeg. Merupakan video-converter yang cukup canggih, walau masih menggunakan perintah teks. Mampu menconvert hampir semua file video termasuk flv ke dalam format mpg. Akhir-akhir ini saya sering menggunakan ffmpeg untuk membuat VCD pribadi, yaitu mendownload video di GoogleVideo kemudian saya convert ke mpg, lalu di burning dengan K3B, jadilah VCD pribadi (tidak boleh diperdagangkan dan di copy sembarangan tentu saja, karena kita tidak punya hak cipta).
Begitulah pengetahuan saya yang belum banyak, tentang tethek-mbengek masalah multimedia di Linux. Yang perlu menjadi perhatian adalah bukan masalah aplikasi yang digunakan, tetapi ada atau tidaknya codec multimedia untuk memutarnya. Sebagai ubuntuer, selama ini saya bisa mendapatkan proprietary codec di mirror ini : mirror2.ubuntulinux.nl
Setelah pemaparan yang agak panjang (hmmm), saya memberikan peringkat tentang aplikasi multimedia di Linux, yaitu :
1.untuk multimedia player, pilihan pertama jelas Mplayer+w32codecs.
2.untuk music player, saya menjatuhkan dua pilihan, untuk sekedar mendengar musik saya akan menggunakan Amarok, karena suaranya lebih halus. Namun, untuk teman bekerja dengan aplikasi lain, saya akan menggunakan XMMS.
Ada satu masalah multimedia di Linux yang belum saya temukan pemecahannya, yaitu bagaiman cara mengcopy dengan sempurna file berekstensi .dat atau .DAT yang ada di dalam VCD di atas Linux?. Karena selama ini, saya mengcopy DAT, baik dengan GUI maupun lewat terminal, saya dapati linux semacam tidak mengenali file DAT, dan diproperties-nya hanya terlihat 0 kb. Namun jika saya copy di platform windows, kemudian saya copy ke linux, file DAT tadi menjadi normal dan terbaca sebagi jenis file mpeg yang dapat diputar dengan sempurna oleh Mplayer atau Xine. Ada yang bisa membantu?
Comments