BAGIAN PERTAMA : OPREK PERFORMANCE
Walau bagaimanapun juga akhirnya saya menjatuhkan pilihan distro pada ubuntu, distro yang sudah begitu masyhur di dunia linux. Sebagai anak dari distro debian, tentu saja ubuntu mewarisi semua sifat ayahnya, dalam hal oprek-mengoprek.
Perhatian saya kali ini adalah mengoprek performance, yaitu agar bagimana booting ubuntu lebih cepat. Dari sebuah blog pengguna linux senior, saya mendapat sebuah trik, yaitu agar boot lebih cepat. Intinya adalah mematikan semua service yang tidak diperlukan. Pertama adalah modul ipv6. Caranya, disable ipv6 dengan mengedit file /etc/modprobe.d/aliases, ganti baris aliases berikut menjadi :
alias net-pf 10 ipv6
Menjadi
alias net-pf10 off
alias ipv6 off
kemudian edit blacklist di /etc/modprobe.d/blacklist
tambahkan baris berikut :
blacklist ipv6
Selain itu, matikan semua service yang tidak diperlukan, dalam hal ini saya sebagai 100% pengguna desktop, maka service yang tidak saya perlukan adalah networking. Letak service tersebut ada di /etc/rc1 /etc/rc2 /etc/rc3 /etc/rc4 /etc/rc5 /etc/rcS. Jika masih ada Snetworking, renamelah menjadi Knetworking. Caranya tentu saja sebagai berikut :
$ sudo mv Snetworking Knetworking
yang jadi catatan, jangan pernah mendisable udev dan hostname, karena dua service tersebut adalah service inti system dimana udev berhubungan dengan deteksi hardware disk sedang hostname berhubungan dengan status/nama kita di system. Pengalaman saya mendisable hostname adalah saya tidak bisa melakukan pekerjaan sebagai root (sudo), dan saya bingung setengah mati, dan akhirnya menginstal ulang ubuntu (mungkin ada penyelesaian lain tapi saya belum tahu).
BAGIAN KEDUA : OPREK SISTEM
Oprek kedua adalah menambah font, jika di distro lain seperti mandriva, menambah font begitu mudah, di ubuntu bagaimana? Ternyata ga terlalu sulit juga. Caranya buat direktori .fonts di home kita, paling praktis lewat terminal : mkdir /home/kita/.fonts – ingat jangan jadi user root, alias direktori .fonts adalah direktori local kita sebagai user biasa. Setelah itu copy semua fonts .ttf ke direktori tadi, juga sebagai user biasa, yaitu $ cp *.ttf /home/kita/.fonts
Setelah itu daftarkan fonts baru kita ke system dengan merebulid fonts cache, dengan perintah berikut : $ sudo fc-cache -f -v
Setelah itu masuklah OOo, kita liat fonts baru kita sudah terpasang.
BAGIAN KETIGA : OPREK TAMPILAN
Ada yang janggal waktu saya mencoba memainkan game 3D Tuxkart, yaitu tidak mau jalan sama sekali. Saya pun heran sekali. Setelah semedi selama beberapa waktu di warnet, akhirnya saya dapati bahwa ubuntu membutuhkan driver yang tepat buat menampilkan tampilan 3D. Ngomong-ngomong soal driver, karena PC saya adalah PC jaman perang kemerdekaan, maka VGA yang saya gunakan pun VGA era-era tersebut, yaitu Nvidia Geforce2 MX-200 32 MB. Dari info di synaptic package manager, tertulis bahwa driver yang dibutuhkan untuk VGA saya adalah driver nvidia-glx-legaxy (untuk VGA Nvidia generasi baru menggunakan nvidia-glx). Saya pun langsung mendownload nvidia-glx-legacy di packages.ubuntu.com, tidak lupa beserta tool nvidia-settings. Setelah terinstal, langsung saya jalankan $ sudo nvidia-glx-config enable, dan alhamdulillah berhasil, tetapi ketika saya reboot dan masuk system, looooh kok jadi begini? Tampilan desktop saya menjadi “gendut” sekali, dan apa coba? Tiba-tiba saja nvidia-glx-legacy saya hanya mengenali monitor saya sebagai monitor VGA dengan resolusi 640x480. Wah, tambah bingung, dan akhirnya googling lagi, dan dapat juga penyelesaiannya, yaitu harus mengkonfigurasi ulang paket xserver-xorg kita (paket yang bertugas menangani hardware dengan system, dalam hal menampilkan gambar). Lalu saya pun langsung mengorek xserver dengan perintah $ sudo dpkg-reconfigure xserver-xorg, dan ada berbagai macam pertanyaan saat proses konfigurasi ulang xserver-xorg, yang penting, jika ada pertanyaan apakah system akan melakukan hardware autodetect (pada VGA card dan monitor), maka pilihlah opsi ya, yaitu agar system mengenali hardware kita dengan tepat. Begitu juga saat konfigurasi monitor, setelah proses autodetect, pilihlah pengaturan model advanced untuk memasukan refresh-rate, kedalaman warna, dll (saya lupa detailnya). Yang pasti, karena sudah dilakukan autodetect, dan system sudah mengenali dengan sempurna, pada opsi konfigurasi monitor, kita tinggal memilih OK, OK dan OK.
Setelah semua itu, system saya reboot, dan alhamdulillah, saat masuk ada tulisan Nvidia-nya, dan memang berhasil. Saya dapat menjalankan openGL dengan sangat lancar dan tanpa masalah sedikitpun, walau VGA saya Cuma VGA jaman bauheula dengan kapasitas Cuma 32 MB, Linux nggak butuh hardware tinggi-tinggi banget kok, ternyata!
BAGIAN KEEMPAT : OPREK TEMA
Tema default begitu kaku sekali, dan boleh saya bilang sangat tidak enak dipandang oleh mata, alias sama sekali tidak eyecandy. Oleh karenanya saya mendoenload tema-tema menarik dan enak dipandag yang lain di link-link berikut :
gnome-look.org
art.gnome.org
kde-look.org
Saya bisa mendapatkan tema Mac-OS X, Vista, atau tema-tema menarik lain, termasuk didalamnya icon-icon yang sesuai dengan tema tersebut. Di kde-look.org, yang sebenarya situs kumpulan tema buat KDE, saya hanya mencari tema untuk panel dan icon start-menu, atau kbfx. Dan tema terakhir adalah vista, dengan panel hitam mengkilat serta start-menu ubuntu-studio yang lumayan lebih enak lah dipandang mata, daripada tema default yang buthuk (tidak mengkilap-red).
Bagaimana cara menambah tema? Setelah kita mendownload tema-tema baru, yang terdiri dari tema gtk2, icon yang berbentuk tar.gz atau tar.bz2, kita tinggal masuk ke system-preferences-themes, lalu pilihlah install dan pilih file-file downloadan kita, tunggu sesaat, setalah complete, masuk di theme details, pilihlah pada opsi application, window border dan icons yang sesuai dengan tema baru kita tersebut.
Jadi? Bukan bermaksud dikotomi ya! Atau membedakan distro, tapi satu hal lebih yang saya dapati di ubuntu,adalah bahwa distro ini sangatlah stabil, dan hampir tidak pernah mogok kerja atau ngadat (tidak seperti distro fedora yang pernah saya coba, ternyata sering ngadat). Dan saat saya mencoba distro-distro keturunan debian yang lain, memang ada kesan bahwa distro keturunan debian sangatlah stabil sistemnya, dan juga tidak banyak masalah.
Distro hopping is a fun adventure. It's a pure joy you can only find in GNU/Linux world. It's a nature you want to escape from what I call 'comfort ecosystem'. You need to play, trying something new even for a few little differences. For a long time I've been using Ubuntu family as my daily driver. The main reason is probably just same as any other Ubuntu user: it's reliable. You can't go wrong with Ubuntu. It works almost in any device, even for the newest one. It is the ultimate Linux distro you can rely on. However, sometimes, you will feel bored. The temptation to flirt with other new distro is unbearable. There are a lot of hot new Linux distros waiting to try. A Real Hidden Gem I've known this distro for a quite long time. At first, it offered Trinity Desktop as the main desktop, which brings me the sweet memories about KDE3. It is simply fast, stable, almost without any issue, and it is based on Debian. I install it on my old machine and I love t
Comments
mampir ke blog ane gan
https://www*oprekubuntu*me
(ubah * menjadi . )
terima kasih