Karena penasaran, beberapa waktu yang lalu saya pun menginstal distro Fedora versi Indonesia, buatan Menristek, yaitu IGOS Nusantara 2006 R6. Proses instalasi mudah, simple dan juga tidak terlalu lama. Desktop Gnome sebagai default juga tidak terlalu bermasalah. Pembahasan saya tentu saja pada konfigurasi yum (yaitu installer otomatisnya Fedora). Yum, merupakan installer otomatis yang sama dengan apt-nya debian. Langkah pertama, tentu saja memasukan alamat repository yang kita punyai. Dan karena saya tidak punya koneksi internet, saya pun hanya akan menggunakan repository local (yang saya dapat dari bonus majalah). Pertama, kita harus mengkonfigurasi file /etc/yum.conf. File tersebut sama persis dengan file resources.list-nya apt debian. Saya sudah agak lupa isi dari file tersebut, tapi intinya adalah jika ada baris bertuliskan
gpgcheck=1
gantilah menjadi gpgcheck=0, lalu beri baris baru dibawahnya, untuk menaruh repository kita. Formatny adalah sebagai berikut :
[nama repository] misal [eksras-fedora]
name=nama repository lagi, misal name=akurepo
baseurl=jenis repo kita, ini merupakan baris terpenting.
Misal baseurl=file:///home/kita/fedora-xtras, fedora-xtras tersebut merupakan direktori tempat kita menyimpan repository rpm kita.
enabled=1, alamat kita di enabled-kan , yaitu diberi nilai 1.
Yang tidak boleh lupa, ada sebuah direktori bernama /etc/yum/repos.d, merupakan direktori tempat Fedora menaruh alamat repository asalnya, maka agar yum tidak mengarah ke situ, kita harus mendisable-nya, caranya adalah buka satu per-satu file konfigurasi yang ada di situ, dan jika kita menemukan baris enabled=1 dibawah alamat repo asal Fedora, kita ganti menjadi enabled=0.
Setelah itu, kita update database yum dengan perintah # yum check-update.
Setelah itu, kita tinggal menginstal aplikasi kita dengan yum, misal # yum install xmms.
Yang lebih enak, jika kita menggunakan pirut, yaitu installer GUI-nya Fedora, yang sama persis dengan synaptic-nya debian. Kenapa lebih enak? Ya, karena kita tidak mungkin salah memilih nama aplikasi yang akan kita install, karena kita tahu sendiri nama aplikasi dalam linux kan aneh-aneh dan panjang-panjang, maka jika kita mengunakan terminal, ada kemungkinan mengetik nama aplikasi salah adalah besar, jadi paling enak dan nyaman menggunakan installer GUI saja.
Yang luarbiasa, ada aplikasi pembuat repository yang sangat-sangat simple di Fedora, yaitu createrepo. Jika kita punya kumpulan file rpm, kita tinggal taruh dalam sebuah direktori, kemudian jalankan createrepo dengan perintah (misal) sebagai berikut :
# createrepo /home/kita/folder-rpm. Setelah selesai, agan kita temukan file database repo berekstensikan .xml.gz, yang sama fungsinya dengan Packages.gz-nya debian, dan kita tinggal menggunakan yum, jadilah repo yang siap sedia, kapan pun kita membutuhkan. Jika kita melihat hal ini, maka sebenarnya membuat repo di Fedora sangatlah mudah, kita tinggal download file rpm dengan wget, lalu kita gunakan createrepo, maka siaplah kita mendapatkan repo local.
Ada sebuah pengalaman khusus yang mungkin menjadi referensi kita semua, adalah pengalaman tragis saya bersama Fedora dengan USB FlashDisk saya, yaitu ketika saya copy-paste file, dan saya login sebagai root, ternyata ketika saya buka di user biasa, USB tersebut menjadi terkunci sama sekali, dan parahnya ketika saya buka di platform windows, UFD saya tidak terdeteksi (tidak diformat). Berdasarkan pengalaman tersebut, saya jadi enggan untuk menggunakan Fedora (karena saya mengalaminya sampai dua kali, setelah saya memformat UFD saya, saya mengalaminya untuk kedua kalinya di Fedora).
Tapi walaupun begitu saya sudah senang, karena saya sudah mendapat pengalaman ber-yum dan ber-pirut ria dengan fedora, sehingga kapan-kapan dibutuhkan saya sudah bisa, alhamdulillah..
gpgcheck=1
gantilah menjadi gpgcheck=0, lalu beri baris baru dibawahnya, untuk menaruh repository kita. Formatny adalah sebagai berikut :
[nama repository] misal [eksras-fedora]
name=nama repository lagi, misal name=akurepo
baseurl=jenis repo kita, ini merupakan baris terpenting.
Misal baseurl=file:///home/kita/fedora-xtras, fedora-xtras tersebut merupakan direktori tempat kita menyimpan repository rpm kita.
enabled=1, alamat kita di enabled-kan , yaitu diberi nilai 1.
Yang tidak boleh lupa, ada sebuah direktori bernama /etc/yum/repos.d, merupakan direktori tempat Fedora menaruh alamat repository asalnya, maka agar yum tidak mengarah ke situ, kita harus mendisable-nya, caranya adalah buka satu per-satu file konfigurasi yang ada di situ, dan jika kita menemukan baris enabled=1 dibawah alamat repo asal Fedora, kita ganti menjadi enabled=0.
Setelah itu, kita update database yum dengan perintah # yum check-update.
Setelah itu, kita tinggal menginstal aplikasi kita dengan yum, misal # yum install xmms.
Yang lebih enak, jika kita menggunakan pirut, yaitu installer GUI-nya Fedora, yang sama persis dengan synaptic-nya debian. Kenapa lebih enak? Ya, karena kita tidak mungkin salah memilih nama aplikasi yang akan kita install, karena kita tahu sendiri nama aplikasi dalam linux kan aneh-aneh dan panjang-panjang, maka jika kita mengunakan terminal, ada kemungkinan mengetik nama aplikasi salah adalah besar, jadi paling enak dan nyaman menggunakan installer GUI saja.
Yang luarbiasa, ada aplikasi pembuat repository yang sangat-sangat simple di Fedora, yaitu createrepo. Jika kita punya kumpulan file rpm, kita tinggal taruh dalam sebuah direktori, kemudian jalankan createrepo dengan perintah (misal) sebagai berikut :
# createrepo /home/kita/folder-rpm. Setelah selesai, agan kita temukan file database repo berekstensikan .xml.gz, yang sama fungsinya dengan Packages.gz-nya debian, dan kita tinggal menggunakan yum, jadilah repo yang siap sedia, kapan pun kita membutuhkan. Jika kita melihat hal ini, maka sebenarnya membuat repo di Fedora sangatlah mudah, kita tinggal download file rpm dengan wget, lalu kita gunakan createrepo, maka siaplah kita mendapatkan repo local.
Ada sebuah pengalaman khusus yang mungkin menjadi referensi kita semua, adalah pengalaman tragis saya bersama Fedora dengan USB FlashDisk saya, yaitu ketika saya copy-paste file, dan saya login sebagai root, ternyata ketika saya buka di user biasa, USB tersebut menjadi terkunci sama sekali, dan parahnya ketika saya buka di platform windows, UFD saya tidak terdeteksi (tidak diformat). Berdasarkan pengalaman tersebut, saya jadi enggan untuk menggunakan Fedora (karena saya mengalaminya sampai dua kali, setelah saya memformat UFD saya, saya mengalaminya untuk kedua kalinya di Fedora).
Tapi walaupun begitu saya sudah senang, karena saya sudah mendapat pengalaman ber-yum dan ber-pirut ria dengan fedora, sehingga kapan-kapan dibutuhkan saya sudah bisa, alhamdulillah..
Comments