Untuk urusan memutar mp3, di Linux sudah terdapat banyak pilihan aplikasi yang selain mampu memutar dengan sempurna, juga memiliki fitur-fitur yang sangat lengkap, sebagai contoh adalah AmaroK, dan Exaile.
Pun jika kita menyukai pemutar mp3 ala Winamp, di Linux kita bisa mendapati XMMS dan Audacious, yang memang didesain sangat mirip dengan Winamp. Namun, bagi kita yang notabene merupakan “veteran” pengguna OS Windows, kadang masih suka teringat dengan nostalgia lama dengan aplikasi-aplikasi Windows, seperti Winamp (yang sudah sangat melegenda).
Lalu karena hal itu, saya mencoba menginstalasi Winamp dengan Wine. Sistem yang saya pakai adalah Ubuntu 8.04 dan Wine 1.00 dan Winamp 5.22. Tanpa perlu konfigurasi Wine, saya langsung eksekusi file setup Winamp, dan proses berjalan sangat lancar. Setelah instalasi selesai, langsung saya jalankan dan ternyata ada beberapa Error! Winamp 5.22 tidak bisa berjalan dengan lancar pada modus Modern Skins dan Bento Skins (terasa berat dan patah-patah). Kemudian, saya ganti Skins ke Classic, saya restart Winamp, dan sekarang berjalan lancar!
Walaupun berjalan lancar dengan skins Classic, tetap saja ada ke'aneh'an saat saya coba menggeser-geser window Winamp ke berbagai sudut desktop Linux. Window Winamp akan meloncat-loncat tak tentu arah dan kadang menghilang sama sekali. Karena bingung, saya restart, dan kembali normal. Tapi saat saya coba geser-geser lagi, akan terulang hal yang sama. Walaupun begitu, dari segi suara, Winamp berjalan sangat normal di Linux. Mungkin saja nanti ada yang me-porting Winamp agar menjadi binari Linux dan semakin melengkapi pilihan aplikasi pemutar mp3 Linux, mendampingi AmaroK, Rhythmbox dan Audacious.
=========================
Dulu saya sempat menjumpai versi lama dari 'sebuah aplikasi' yang diberi nama Winamp Linux, namun setelah saya download, ternyata itu adalah aplikasi yang sudah sangat tua dan membutuhkan library-library tua yang sudah tak dikembangkan lagi. Alhasil, saya tak bisa menjalankan aplikasi tersebut di sistem Ubuntu 8.04 saya. Mungkin saja nanti ada yang kembali tertarik memporting Winamp ke Linux. Atau pun kalau tidak, pada versi-versi Wine berikutnya, kita akan dapat 'bernostalgia' dengan lebih lancar bersama Winamp di Linux.
Comments