Skip to main content

Instal Paksa Paket Debian Di Fedora

Paket Debian Crossover 6 Proffesional Menginsalasi Microsoft Office 2003 Dengan Baik Di Fedora 5

Nero Linux 3.5 Full, Berjalan Dengan Lancar Di Fedora 5, Meski Hasil Instalasi Paksa Paket Debian


Curhat saya kali ini adalah kelanjutan dari posting saya sebelumnya. Singkat cerita, setelah desktop Fedora Core 5 terinstal dan teroprek dengan apik di komputer rekan saya, saya diliputi oleh rasa penasaran yang cukup mendalam. Kenapa? Karena pada waktu yang lalu, melalui searching di internet, saya menemukan paket instalasi Crossover 6 Proffesional dan NeroLinux 3.5 + Keygen. Saya sangat ingin menginstalasinya. Namun apa yang salah? Kedua paket non-free tersebut berbentuk paket instalasi untuk Debian (dengan ekstensi .deb), sementara kita ketahui bersama paket instalasi untuk Fedora adalah rpm.


Saya ingat ada aplikasi converter paket Linux yang bernama Alien. Yang bisa mengconvert paket instalasi debian ke rpm, tgz dan sebaliknya dengan mudah. Namun saya pun tak punya paket alien berbentuk rpm untuk Fedora. Di tengah-tengah ketidak-puasan, saya iseng-iseng dengan kedua paket debian itu. Hal pertama yang terpikir adalah apa yang ada dalam paket debian tersebut. Saat iseng, saya coba mengekstrak paket debian tersebut dengan aplikasi ekstraktor built-in di nautilus. Dan eureka, paket debian bisa di ekstrak. Langsung saya lihat, dan terdiri dari dua paket tarbal di dalamnya : data.tar.gz dan control.tar.gz !

Tanpa piker panjang, saya ekstrak lagi kedua paket tarbal tersebut, dan eureka lagi, kedua paket tarbal itu berisi sekumpulan folder dengan bermacam file konfigurasi teks file binari. data.tar.gz berisi folder dengan paket instalasi yang akan dimasukan ke system, sementara control.tar.gz berisi file teks konfigurasi. Nampaknya berhubungan dengan desktop-intergration. Entah! Saya tidak peduli dengan file konfigurasi. Saya buka folder hasil ekstrakan data.tar.gz dan ternyata berisi folder tujuan instalasi, yaitu /usr/lib dan /usr/bin. Di dalam folder /bin tidak diragukan lagi disitulah letak file binarinya. Dan ternyata benar juga, saat saya jalankan file binari ./nero di terminal, ada respon yang mengatakan bahwa library ini-itu belum dipasang. Sepintas saya langsung paham, dan segera saya login ke root, dan saya pindah semua folder ekstrakan tersebut ke tujuan masing-masing. Pun dengan folder /usr/bin, saya pindah ke system. Setelah itu, saya masuk ke system tadi, dan saya jalankan ulang ./nero, ternyata JALAN! Wuih! Saya senang sekali. Namun kesenangan saya berhenti ketika bagaiman cara menjalankan file binari tadi dengan mudah, misal dengan tombol run Alt+F2? Saya pun teringat akan eksperimen yang hampir sama, ketika saya menginstal HelpExlporer beberapa waktu yang lalu. Untuk bisa dijalankan lewat run, file binari harus ada di direktori /bin. Tanpa ragu saya langsung buat symbolic link dari /usr/bin/nero ke /bin/nero. Setelah itu saya jalankan run dengan mengetik nero, dan Wow! Berhasil!

Pun dengan paket Crossover, yang ternyata folder tujuan instalasinya hanya diletakan dalam satu folder, yaitu /opt, bukan /usr/bin. Yang lebih mengesankan, ternyata file binari Crossover merupakan file binari yang bersifat static-linked. Alias bisa dijalankan dengan hanya meng-klik dobel pada file binari, persis seperti file executable windows. Untuk yang ini, saya makin tidak bingung, langsung saya pindah ke /opt dan saya buat symbolic link dari /opt/cxoffice ke /bin. Setelah selesai, saya jalankan run cxsetup, Alhamdulillah, berhasil lagi.

Sungguh iseng-iseng yang luar-biasa, dari sini saya jadi paham sistematika instalasi software di linux. Intinya adalah adanya kesaling-terkaitan antara library dan file binari. Dan mengenai peletakan file binari, bisa dimana saja, yang umumnya ada di /usr/ atau /usr/bin, /opt/ atau /bin.

Inti dari cerita saya ini, dapat saya simpulkan sebagai berikut :

Semua paket Linux berisi file binari dan library, yang akan dimasukan ke system, dan sudah ada dalam paket tersebut. (misal, jika akan diinstal ke /usr, maka isi dari paket instalasi akan ada folder /usr/nama-paket). Dan pada dasarnya kita bisa meletakan file binari dimanapun, dan yang terpenting adalah agar file binari bisa terbaca, pembuatan symbolic link ke direktori /bin adalah harus.

Langkah-langkahnya adalah :

  1. Ekstrak paket instalasi Linux, apa saja. Debian, rpm, tgz.
  2. Masuk ke folder hasil ekstraksi, dan lihat folder apa yang ada, jika yang ada folder /usr, maka masukan folder hasil ekstraksi tersebut ke /usr. Folder /usr/lib, masukan library software hasil ekstrakan tersebut ke /usr/lib. Jika folder hasil ekstrakan berisi folder /opt, maka masukan folder software tersebut ke /opt. Dan seterusnya.
  3. Setelah meletakan semua folder hasil ekstraksi yang berisi binari dan library ke tempatnya masing-masing yang ingin di tuju, jangan lupa buatlah symbolic link dari direktori binari software tersebut ke direktori /bin, yang merupapakan direktori berisi symbolic link dari macam-macam paket yang ada di system. Setelah semua dilakukan, hingga pembuatan symbolic link, berarti langkah terakhir adalah, Selamat Menikmati! Kita telah berhasil menginstalasi paket Linux secara manual, tanpa batasan jenis paket instalasi (debian, rpm atau tgz).

CATATAN

Eksperimen saya tersebut berhasil dengan lancar untuk paket non-free yang tidak membutuhkan manajemen dependensi paket dengan sistem yang rumit. Jika kita akan menginstalasi secara manual paket free Linux, tentu saja akan lebih rumit, karena kita harus membuat symbolic link untuk librari yang dibutuhkan suatu paket, yang tidak akan bekerja tanpa library dengan versi yang sesuai. Paket Crossover 6 Proffesional dan NeroLinux 3.5 Full yang saya jadikan sampel, saya dapatkan dari hasil searching. Seyogyanya, kita tidak boleh menggunakan paket non-free yang memang dikomersialkan tanpa membelinya, walaupun itu dalam lingkup sistem free software dan linux.

Happy Hacking! Happy Linux-ing!

Comments

Sumodirjo said…
CMIIW
kalau dynamic link di dobel klik juga bisa asal librarynya satisfied.

static sama dynamic itu bukannya lebih ke apakah library2 dimasukkan jadi satu file binary output atau dipecah pecah. diwindows ada .dll di linux ada .so
Alwan Rosyidi said…
iya, memang gitu... cuman saya seneng saja. Linux kan kesannya apa2 pakai shell. Eh, file binari di dobel klik bisa juga jalan... Ternyata...
Anonymous said…
instalasi office-nya aje keliatan normal, tp kalo dijalalanin untuk buka file yg telah ada sebelumnya terutama utk file excel (.xls) banyak gak singkronnya, bug & butuh edit file tsb ampe nyutt...nyut...nyut..
Anonymous said…
wine ato crossover hanya pengobat rindu 'dikit aja bagi yg telah mencicipi productnya miekocok..f. dlm linux, tapi gak bisa benar-benar sehidup semati ama linux. praktekin aja sendiri ji loe penasaran.

Popular posts from this blog

Q4OS 4.6 "Gemini" Review: A Real Hidden Gem

Distro hopping is a fun adventure. It's a pure joy you can only find in GNU/Linux world. It's a nature you want to escape from what I call 'comfort ecosystem'. You need to play, trying something new even for a few little differences. For a long time I've been using Ubuntu family as my daily driver. The main reason is probably just same as any other Ubuntu user: it's reliable. You can't go wrong with Ubuntu. It works almost in any device, even for the newest one. It is the ultimate Linux distro you can rely on. However, sometimes, you will feel bored. The temptation to flirt with other new distro is unbearable. There are a lot of hot new Linux distros waiting to try.  A Real Hidden Gem I've known this distro for a quite long time. At first, it offered Trinity Desktop as the main desktop, which brings me the sweet memories about KDE3. It is simply fast, stable, almost without any issue, and it is based on Debian. I install it on my old machine and I love t

How To Install Mac OS X Lion Theme On Lubuntu / LXDE

Lubuntu 12.04 with Mac OS X Lion Theme, xcompmgr & cairo-dock [click to enlarge] Mac OS X is the special one in the Desktop market. So many people admire it because of its beauty, safety (yes, it is an UNIX) and its profesional image as “an OS for profesional modern art designer”. Yeah, Mac OS X has beautiful look and I do like its look-n-feel. And so, there are so many theme patcher to make our Microsoft Windows or Linux OS become Mac OS X in the appearance. In Linux Desktop, there are some project specialized in designing theme transformation pack to make our Linux desktop to be looked like Mac OS X. The most popular project probably is Mac4Lin. But, all of those projects was designed only for GNOME or sometimes support XFCE and how about LXDE? Our Star in the current lightweight Linux desktop? (Yes, LXDE is the most light-but-complete Linux desktop for now). Until now, there is no project that officially support LXDE. Basically, LXDE uses gtk (now still stay w

Howto Connect To Windows Share Network (Connect To Server) Easily in PCManFM

In Nautilus 3.4, Nemo, or Caja, there is a very useful menu called "Connect to Server". This menu allow us to connect to a Windows Share network via Samba. If you are using another desktop environment such as LXDE, there aren't such menu, and we need to install third party tool called Gigolo . But apparently, PCManFM (the default file manager of LXDE) already has such function. We could connect to a Windows Share network in PCManFM easily. Here are the simple steps : 1. Open PCManFM and go to adress bar, and type this command : smb://username@server/folder example : smb://staff@192.168.1.69/document then press Enter 2. Once you will be asked to input the Windows Share Network password (if exists), select Remember Forever option. 3. You are connected to Windows Share Network ;)